JAKARTA, KOMPAS - Sebagian besar kanker leher rahim disebabkan virus human papilloma. Untuk mencegah, dilakukan vaksinasi HPV. Meski bisa mencegah 70 persen kejadian kanker leher rahim, vaksinasi ini belum populer.
Biaya mahal menjadi salah satu penyebab. Vaksinasi perlu biaya Rp 600.000-Rp 1,2 juta yang diberikan tiga kali, yaitu pada bulan ke-0, 1, dan 5.
Hal itu dikemukakan Imam Rasjidi, dokter spesialis obstetri ginekologi Rumah Sakit MRCCC, Sabtu (31/3), di Jakarta, dalam bedah bukunya, 100 Questions and Answers Kanker pada Wanita dan Panduan Radioterapi pada Keganasan Ginekologi. Pembicara lain adalah dokter ahli radiologi RS Dharmais, Fielda Djuita.
Kanker menjadi pembunuh utama perempuan di Indonesia, terutama kanker leher rahim dan kanker payudara. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, ada 490.000 perempuan kena kanker leher rahim tiap tahun. Dari jumlah itu, 240.000 orang meninggal. Sebanyak 80 persen kasus terjadi di negara berkembang. Dengan kata lain, di dunia, tiap dua menit terjadi satu kematian akibat kanker leher rahim dan tiap satu menit terdapat kasus baru.
Di Indonesia, ada 15.000 kasus baru tiap tahun dan 8.000 di antaranya meninggal.
”Tujuh puluh persen penderita kanker leher rahim datang dalam stadium lanjut sehingga tingkat kesintasan (survival rate) rendah dan biaya perawatan mahal,” kata Imam.
Ia menyatakan, 70 persen kanker leher rahim disebabkan infeksi virus HPV tipe 16 dan tipe 18. HPV ditularkan lewat hubungan seksual.
”Pap smear”
Antara infeksi dan munculnya kanker, kata Imam, biasanya terjadi pada rentang 3-14 tahun. Karena itu, ia menganjurkan perempuan rutin melakukan deteksi dini pap smear di fasilitas pelayanan kesehatan. Di Indonesia, kurang dari 7 persen perempuan melakukan.
Padahal, jika terdeteksi lebih dini, kemungkinan tumor berkembang menjadi sel kanker ganas dapat dicegah. Jika sudah memasuki stadium lanjut, kanker sulit disembuhkan. Imam memberi gambaran, pada stadium I atau awal, tingkat kesintasan selama 5 tahun sekitar 90 persen. Tingkat kesintasan makin turun seiring meningkatnya stadium.
Secara terpisah, dokter spesialis anak RS MRCCC, Dina Garniasih, mengatakan, Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia merekomendasikan vaksin HPV diberikan kepada anak perempuan berusia 10 tahun ke atas sebelum mulai berhubungan seksual.
Ia mengatakan, vaksin HPV masih baru. Perlindungan patennya masih cukup lama. ”Kalau perlindungan paten habis, sehingga bisa diproduksi secara generik, harga vaksin bisa lebih murah dan bisa diakses masyarakat lebih luas,” katanya. (ICH)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.