Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/08/2012, 16:13 WIB

KOMPAS.com - Beban dan tanggung jawab mencegah kehamilan seharusnya tidak hanya diemban kaum perempuan. Sayangnya pilihan kontrasepsi pria yang terbatas membuat banyak pria enggan memakai kontrasepsi. Untuk meningkatkan minat kaum pria, para ilmuwan terus mengembangkan metode kontrasepsi yang nyaman bagi kaum adam.

Kabar menjanjikan datang dari para ahli dari Amerika Serikat yang berhasil menemukan sebuah senyawa yang dapat digunakan sebagai pil kontrasepsi pertama bagi para pria.

Para peneliti mencoba molekul kecil yang dinamai JQ1 kepada tikus jantan yang subur tanpa mempengaruhi dorongan seksualnya. Ketika peneliti mengambil kembali obat tersebut, sperma tikus kembali normal serta mampu menghasilkan keturunan yang sehat. Para peneliti mengatakan sistem reproduksi manusia bekerja dengan cara mirip tikus. Hal Ini membuat mereka yakin percobaannya berhasil untuk kontrasepsi pria.

"Temuan kami menunjukkan, ketika diberikan kepada tikus senyawa ini menghasilkan penurunan cepat kemudian mengembalikan jumlah sperma dan mobilitasnya tetap subur," kata salah satu peneiti senior Dr. James Bradner dari Insitut Dana Farber Cancer di Boston.

Molekul ini awalnya dikembangkan untuk menghalangi gen penyebab kanker. Namun, dalam perjalanan, rupanya molekul ini bisa digunakan untuk mencegah perkembangan sperma. "Kami masih melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan temuan kami saat ini. JQ1 adalah senyawa pertama yang ditemukan untuk kontrasepsi pria," katanya.

Hasil penelitian ini ditanggapi antusias oleh para peneliti dari AUstralia. Profesor Moira O'Bryan, Kepala Laboratorium Biologi di Universitas Monash menilai dampak ilmiah dan sosial dari temuan ini sangat besar.

"Tikus yang menerima obat tampak sehat dan kadar hormonnya normal. Kemudian perilaku mereka bisa memicu kehamilan. Ini persamaan yang kuat antara produksi sperma pada tikus dan manusia. JQ1 bisa untuk kontrasepsi bagi manusia," uajrnya.

Namun, Profesor Robert McLachlan, seorang peneliti utama dari Komisi Kesehatan dan Pnelitian obat-obatan Nasional mengatakan, penelitian ini membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai pil kontrasepsi bisa ditemukan secara umum di toko-toko.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com