Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/08/2012, 11:38 WIB

KOMPAS.com - Minuman probiotik yang dibuat dari susu fermentasi dikenal membantu meningkatkan bakteri baik di dalam usus. Bagi orang dewasa, konsumsi susu fermentasi dapat memperbaiki sistem pencernaan dan meningkatkan kekebalan tubuh. Namun, apakah manfaat baik dari minuman probiotik ini dapat dinikmati anak usia di bawah 2 tahun?

Menurut Jimmy Hariantono PhD, ahli mikrobiologi dari PT Yakult Indonesia Persada, minuman probiotik boleh saja diberikan kepada anak-anak untuk menambah sistem imunnya. Minuman ini juga dapat dikonsumsi sesekali sebagai makanan pendamping air susu ibu (MPASI) untuk anak umur 6 bulan ke atas.

Meski sebagai makanan pendamping, Jimmy mengingatkan agar minuman ini tidak menggantikan fungsi utama ASI. Rasa minuman probiotik yang enak bisa jadi mengalahkan rasa ASI bila diberikan kepada anak secara teratur.

Pendapat yang hampir sama diungkapkan dokter spsesialis anak dari Brawijaya Women & Children Hospital, dr Atilla Dewanti, Sp.A.  Menurutnya, anak usia 6-24 bulan boleh saja minum minuman probiotik meskipun bukan sebagai MPASI.

Minuman probiotik, kata Atilla, boleh diminum bayi sebagai tambahan apabila mereka sedang terserang penyakit diare. Dosis paling baik untuk diberikan kepada bayi yang sedang diare adalah setengah hingga satu takaran dalam sehari.

Anjuran Atilla diperkuat oleh sebuah riset para ilmuwan yang menemukan manfaat bakteri baik ini pada anak-anak, yakni mengurangi lamanya penyakit diare dan mencegah diare akibat penggunaan antibiotik. Riset yang dimuat dalam laporan American Academy of Pediatrics ini menemukan, anak yang diberi probiotik sejak awal menderita diare akibat infeksi virus memang sembuh lebih cepat.

Probiotik juga bisa mencegah diare pada anak-anak yang minum antibiotik. Akan tetapi, anak-anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan tubuh atau memakai kateter tidak disarankan mengonsumsi probiotik karena bisa menimbulkan infeksi serius.

Dr.Tod Cooperman, peneliti yang melakukan studi mengenai probiotik menyatakan, yang perlu diperhatikan adalah probiotik baru akan memberikan manfaat jika dikonsumsi dalam keadaan hidup.

"Harus diketahui bahwa organisme dalam probiotik, baik suplemen atau makanan dan minuman, sering kali sudah mati bahkan sebelum produk itu diberi label," katanya.

Dalam penelitian yang dilakukannya, produk makanan dan minuman probitok untuk anak hanya mengandung 7-21 persen probiotik dari jumlah yang disebut dalam label. Agar bakteri tetap hidup, produk harus disimpan di tempat yang terlindung dari panas, cahaya dan kelembaban

Sementara itu, ahli gizi dari Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta II Ayu Anggraeni Dyah Purbasari memiliki pendapat lain. Ia menyarankan anak usia 6 - 24 bulan sebaiknya tidak dulu mengonsumsi minuman probiotik atau minuman buatan pabrikan. Orang tua sebaiknya memberikan asupan makanan dan minuman sealami mungkin pada fase ini.

Menurutnya, minuman probiotik pada dasarnya dapat meningkatkan bakteri baik pada usus. Tetapi di dalam usus bayi di bawah usia 24 bulan pun sudah ada, sehingga biarkan bakteri baik ini berkembang secara sempurna tanpa suplemen tambahan. Minuman ini lebih tepat untuk orang dewasa yang mungkin sistem pencernaannya membutuhkan bantuan.

"Jadi biarkan bakteri baik ini berkembang secara alami. Kalau setelah dua tahun, anak terpapar makanan lainnya tidak apa-apa karena daya tahan tubuhnya sudah sempurna," ujarnya.

Bila dikaitkan dengan fungsi melancarkan sistem pencernaan, Anggraeni mengatakan bayi bisa mendapatkannya dari pemberian air susu ibunya. Sayangnya, pemberian ASI di Indonesia masih terbatas pada kampanye ASI eksklusif 6 bulan. Padahal, WHO telah memberikan arahan pemberian air susu ibu sampai anak usia 24 bulan atau lebih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau