Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/09/2012, 17:17 WIB

KOMPAS.com - Dengkuran memang suara yang mengganggu, tetapi kebiasaan mendengkur menyimpan bahaya yang tak boleh dianggap remeh. Dengkuran terjadi akibat melemasnya saluran nafas atas saat tidur, hingga menyempit. Penyempitan ini meningkatkan tekanan di area saluran nafas. Akibatnya, area yang lunak akan bergetar mengakibatkan dengkuran.

Sekali waktu, penyempitan ini menyebabkan sumbatan di saluran nafas, sehingga walau gerakan nafas tetap ada, tak ada udara yang dapat lewat. Inilah henti nafas saat tidur, yang disebut juga sebagai sleep apnea. Akibat sesak, mekanisme pengaman tubuh akan membangunkan otak hingga penderita bangun sejenak untuk menghirup udara (tanpa terjaga). Tetapi ini sudah memotong proses tidur. Bayangkan jika terjadi berulang kali sepanjang malam. Akibatnya, si penderita akan bangun tak segar dan terus merasa mengantuk sepanjang hari walau durasi tidurnya sudah cukup. Kondisi ini disebut sebagai hipersomnia.

Pemeriksaan
Penanganan sleep apnea di Sleep Disorder Clinic, dimulai dengan konsultasi untuk mengetahui kemungkinan-kemungkinan gangguan tidur lain. Pemeriksaan di kedokteran tidur, sedikit berbeda dengan ilmu kedokteran pada umumnya. Di sini yang diperiksa adalah fungsi-fungsi tubuh saat tidur.

Penderita akan diminta untuk menginap semalam di laboratorium tidur untuk direkam fungsi-fungsi otak, nafas, jantung dan fungsi-fungsi tubuh lainnya. Alat yang digunakan di laboratorium tidur bernama polisomnografi (PSG). PSG sendiri banyak jenisnya, namun akan saya ulas di lain kesempatan. Walau terdengar menakutkan, jangan bayangkan laboratorium tidur sebagai kamar rumah sakit dengan berbagai monitor dan peralatan rumit.

Laboratorium tidur justru harus dibuat senyaman mungkin. Hampir tak tampak peralatan medis apapun kecuali sebuah kotak kecil disamping spring bed pasien. Itulah unit pasien yang nanti akan dihubungkan dengan sensor-sensor kecil ke tubuh pasien. Perawatan Ada beberapa cara penanganan dengkur dan sleep apnea. Untuk menentukan perawatan yang terbaik diperlukan diagnosa yang tepat. Inilah peran pemeriksaan tidur.

Perawatan dengkur dan sleep apnea dimulai dari yang paling sederhana berupa posisi tidur miring, meninggikan bantal, mengurangi berat badan dan menghindari alkohol atau obat pembuat kantuk. Sleep apnea ringan (henti nafas kurang dari 15 kali perjam) tak membutuhkan perawatan khusus, namun bisa mencoba dental appliances yang dibuatkan khusus oleh dokter gigi ahli yang terlatih.

Kondisi henti nafas kurang dari 30 kali perjam, termasuk kategori sedang, disarankan menggunakan CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) atau kini berkembang teknologi sederhana berupa EPAP (Expiratory Positive Airway Pressure). EPAP berupa plester sekali pakai yang dapat dilekatkan menutupi lubang hidung.

Dari beberapa penelitian awal, EPAP dapat memberikan hasil yang lumayan, berupa penurunan indeks henti nafas sekitar 50 persen. Semoga dalam beberapa bulan ke depan sudah tersedia di Indonesia. Pembedahan pada saluran nafas atas juga bisa dilakukan. Tindakan bedah yang disarankan berupa UPPP (uvulo palato pharingeoplasty). Ini merupakan tindakan untuk melebarkan saluran nafas dengan memotong area langit-langit mulut. Tindakan bedah biasanya baru disarankan setelah perawatan lain sudah dicoba dan tak berhasil.

CPAP
Sementara ini, baku emas perawatan sleep apnea, seturut American Academy of Sleep Medicine adalah dengan menggunakan CPAP. CPAP berupa unit alat bertenaga listrik yang dihubungkan lewat selang dan masker. Prinsip alat ini adalah meniupkan tekanan untuk mengganjal saluran nafas atas agar tetap membuka.

Alat ini sangat populer di kalangan penderita sleep apnea karena penggunaan yang mudah dan efeknya yang luar biasa. Setelah menggunakan CPAP penderita sleep apnea seolah terlahir kembali dan dapat melakukan banyak hal yang sebelumnya sulit ia lakukan akibat kantuk. Mengendara jarak jauh, memimpin rapat, membaca buku, menonton bioskop dan banyak lagi, tanpa perlu takut jatuh tertidur.

Yang semula emosional kini hidup lebih bahagia. Yang tadinya pemalas, kini dapat rajin berolah raga. Yang mudah tertidur di kelas, dapat menemukan kembali semangat belajarnya. Penelitian pun membuktikan banyak manfaat kesehatan dari alat yang baru ditemukan tahun 1981 oleh Prof. Colin Sullivan dari Sydney University.

Penggunaan CPAP untuk mengatasi sleep apnea terbukti memudahkan kontrol gula darah, serta menurunkan risiko terkena penyakit jantung dan pembuluh darah sebanyak 37 persen dan risiko stroke hingga 56%. CPAP sendiri terdapat beberapa jenis. Fixed pressure yang memberikan tekanan yang sama sepanjang malam, automatic pressure yang bisa menyesuaikan tekanan dengan kebutuhan dan bi-level pressure yang meniupkan dua tekanan. Pemilihan CPAP tentu berdasarkan hasil pemeriksaan tidur. Tantangan penggunaan CPAP sendiri adalah kesan pertama yang terlanjur "menakutkan."

Sebenarnya CPAP sudah amat biasa di negara-negara lain, seolah perlengkapan tidur saja. Jangan bayangkan orang sehat yang menggunakan, tak akan bisa tidur. Tapi bagi penderita sleep apnea, penggunaan CPAP amatlah nyaman dan menyenangkan. Pemberian CPAP juga harus diberikan oleh tenaga ahli. Ada ukuran-ukuran tertentu yang harus secara rutin disesuaikan dengan kondisi penderita. Klinik gangguan tidur memiliki protokolnya sendiri-sendiri untuk program pemberian CPAP. Biasanya pasien dan keluarga diberi edukasi tentang cara penggunaan dan perawatan alat. Lalu, setelah beberapa waktu dievaluasi penggunaannya lewat memory yang terdapat pada alat CPAP itu.

Mengatasi ngorok tak semudah yang dibayangkan selama ini. Perawatan pada sleep disorder clinic selalu bertujuan untuk mengatasi gangguan nafas saat tidur, demi kesehatan dan kualitas hidup penderita. Sedangkan hilangnya suara dengkuran hanyalah bonus dari hasil perawatan. Salam tidur sehat !

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com