Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/11/2012, 11:02 WIB

KOMPAS.com - Seorang Ibu datang ke Poliklinik Mata dengan raut muka lelah. Digendongnya seorang anak perempuan yamg tertidur lunglai diselimuti selendang batik bermotif kijang. Umur anak ini kira-kira 2 tahun. Matanya terpejam, mulutnya terbuka dengan lidah terjulur. Kedua telinganya tidak tumbuh, ukurannya sangat kecil seukuran kacang kulit. Kepalanya membesar dan rambutnya bercabang berwana merah pucat. Badannya kurus, kedua tangan dan kakinya lemas.

Kenapa Ibu adiknya?”

“Mata **** anak saya putih dok?”

“Maksudnya Ibu, putih seperti apa?”

“Manik mata **** tidak seperti kakak atau anak-anak yang lainnya, warna manik mata **** tidak hitam, tapi warnanya putih seperti susu”

“Owh, boleh saya lihat?”

Ibu itu lantas mempersilahkan saya memeriksa mata ****, dan gadis kecil ini pun terbangun.

KATARAK!!!! pekikku dalam hati. Baru pertama kali ini aku menemui kasus katarak pada anak kecil. Biasanya kasus katarak di RS ku jumpai pada kakek-nenek.

Setelah gadis ini terbangun, barulah tampak jelas semuanya. Manik matanya memang berwarna putih susu, tidak gelap. Bola mata gadis kecil ini selalu bergerak-gerak ke kanan dan ke kiri, tidak fokus. Mata kanannya juga sedikit juling.

“Dulu waktu hamil ibu pernah sakit?”

“Ndak sih dok, tapi waktu hamil 3 bulan kakak **** sakit cacar. Saya takutnya saya tertular kakak ****.”

“Kakaknya adik dirawat di rumah atau opname bu waktu itu?”

“Dirawat di rumah dok, tidak ada biaya”

Waspadai katarak pada bayi Anda

Katarak pada bayi (katarak kongenital) memang penyakit yang jarang ditemukan, hanya 0.4 persen dari seluruh kelahiran hidup. Katarak adalah kekeruhan pada lensa. Bila kekeruhan itu ditemukan sejak lahir, maka disebut katarak kongenital (kongenital=bawaan). Sebagian besar katarak diderita oleh pasien berusia lebih dari 60 tahun.

Meski jumlah penderitanya sedikit, penyakit ini tidak bisa diremehkan begitu saja karena dapat mengakibatkan kebutaan permanen pada buah hati kita. Seorang bayi yang menderita katarak dan tidak segera dioperasi maka akan mengakibatkan munculnya gejala Ambliopia. Sederhananya, jika orang sampai ambliopia, pakai kacamata apapun penglihatan tidak bisa kembali normal. Kabar buruknya adalah kasus terlambat deteksi masih sangat tinggi di Indonesia.

Penyebab katarak kongenital dapat bermacam-macam. Biasanya terjadi infeksi pada 3 bulan pertama kehamilan. Infeksi Rubella (dengan gejala seperti cacar), Toxoplasma, Cytomegalovirus sering menjadi penyebab katarak kongenital. Keturunan (genetik), masalah metabolisme, diabetes, trauma (benturan), inflamasi atau reaksi obat adalah beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan katarak kongenital.

Infeksi rubella pada umur kehamilan tiga bulan perlu diwaspadai. Ada 3 penyakit bayi yang disebabkan infeksi rubella pada masa itu: buta, tuli, jantung. Salah satu gejala yang muncul pada mata adalah katarak kongenital. Bila dicurigai terkena infeksi rubella pada 3 bulan pertama kehamilan, segera lakukan deteksi pada dokter ahli untuk memeriksa apakah ada gejala penyakit tersebut.

Kebutaan bukan hanya penyakit fisik, tetapi juga sosial. Di indonesia setidaknya ada 3 juta orang buta. Sebagian besar dari mereka tidak memiliki kemampuan untuk hidup mandiri. Keterbatasan fisik mereka membuat upaya mencari pekerjaan sangat sulit. Ada sih beberapa pasien buta yang sukses jadi penyanyi atau pemain piano. Tetapi proporsi pasien buta yang tidak punya pekerjaan jauh lebih banyak. Banyak dari mereka yang menggantungkan hidup dari mengemis atau menjadi pengamen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com