Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/02/2013, 13:42 WIB

KOMPAS.com — Membicarakan gangguan seksual pada pria, biasanya yang pertama muncul dalam benak adalah disfungsi ereksi alias impotensi, baru disusul ejakulasi dini. Padahal, tak sedikit pria yang menderita sulit mencapai ejakulasi.

Pria yang mengalami kesulitan ejakulasi sebenarnya tidak ada masalah dengan ereksinya, tetapi mereka sulit mencapai klimaks. Berbeda dengan disfungsi ereksi, gangguan sulit ejakulasi ini belum memiliki obat yang sudah disetujui lembaga berwenang.

Kebanyakan pria mencapai ejakulasi 4-10 menit dari dimulainya intercourse. Bila melebihi waktu tersebut Anda belum juga bisa mencapai klimaks dan kelelahan, besar kemungkinan Anda menderita gangguan ejakulasi.

Kebanyakan pasien dan dokter juga jarang mendiskusikan gangguan seksual tersebut sehingga sulit memastikan berapa banyak pria yang mengalaminya.

Menurut Dr Michael O'Leary, profesor bedah dan ahli urologi dari Harvard Medical School, kesulitan ejakulasi bisa dipicu oleh berbagai hal, misalnya efek samping obat atau problem psikologi dengan pasangan.

"Semua hal yang mengganggu fungsi saraf di area pelvis berpotensi mengganggu ejakulasi dan aspek lain dalam fungsi seksual pria," kata O'Leary.

Penyebab yang paling sederhana adalah efek dari kecanduan alkohol. Faktor penuaan juga berdampak pada kelambatan mencapai klimaks akibat ereksi tidak sekuat sebelumnya.

Sementara itu, obat-obatan seperti obat hipertensi atau antidepresan golongan SRI (serotonin reuptake inhibitor) juga bisa mengganggu ejakulasi. Namun, beberapa pria cukup terbantu ejakulasinya setelah mengonsumsi obat anti-impotensi.

Obat-obatan untuk mengatasi kesulitan ejakulasi masih dalam tahap penelitian. Dalam penelitian terhadap 72 pasien di Amerika diketahui hampir 69 pasien berhasil mencapai orgasmenya setelah mengonsumsi obat dotinex.

"Penyebab gangguan ejakulasi yang paling sering adalah masalah psikologi dengan pasangan," kata David L Rowland, profesor psikologi dan penulis buku Sexual Dysfunction in Men.

Menurut Rowland, cukup banyak pria yang merasa komunikasinya dengan pasangan memburuk, terutama seputar kebutuhan seksualnya. Sebagian pasien juga merasa sulit terangsang atau tidak bisa mendapatkan yang diharapkan.

"Untuk para pria ini, berdiskusi dengan konselor profesional bersama dengan pasangan sangat membantu," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com