Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/03/2013, 17:46 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang akan digulirkan mulai tahun 2014 mendatang masih belum tersosialisasi dengan baik. Bahkan, dokter yang merupakan profesi yang bersinggungan langsung dengan sistem ini pun masih banyak yang belum memahaminya.

"Wacana terhadap SJSN yang dipublikasikan tidak memberikan kejelasan dan pemahaman pada tenaga praktisi kesehatan," ujar Vice Chairman dan Head of Consulting Edelman Indonesia Bambang Chriswanto dalam acara peluncuran Edelman Healthcare Professional Survey 2013 di Jakarta, Selasa (19/3/2013) kemarin.

Berdasarkan hasil survei terhadap dokter umum dan spesialis di 4 kota besar yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan selama November-Desember 2012, hanya kurang dari 50 persen mereka yang memahami alur dan proses SJSN. Bahkan, dokter di Jakarta merasa memahami SJSN sedikit lebih rendah dibandingkan dengan praktisi kesehatan di kota lainnya.

Di Jakarta, praktisi kesehatan yang mengaku mengerti sepenuhnya adalah 3 persen, mengerti 35 persen, ragu-ragu 35 persen, tidak mengerti 35 persen, dan tidak menjawab 1 persen. Sedangkan di tiga kota lainnya, mengerti sepenuhnya 5 persen, mengerti 38 persen, ragu-ragu 32 persen, tidak mengerti 19 persen, dan tidak menjawab 6 persen.

Survei tersebut dilakukan oleh Edelman Indonesia bekerja sama dengan Unit Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FKUGM) dan melibatkan 421 praktisi kesehatan, 44 persen di antaranya merupakan dokter spesialis dan 56 persennya merupakan dokter umum.

Menariknya, 57 persen dari responden pernah merawat peserta ASKES. Hal ini membuktikan sosialisasi SJSN masih sangat kurang. Maka, menurut Bambang, pesan positif dari SJSN perlu dikomunikasikan secara berkelanjutan sehingga dapat memperkuat optimisme dan menggalang kepercayaan publik terhadap SJSN.

"Riset menunjukkan bahwa mayoritas publik perlu mendengar sepucuk informasi sebanyak tiga hingga lima kali untuk mempercayai pesannya," tutur Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com