Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/04/2013, 10:20 WIB

KOMPAS.com - Hati manusia laksana gelas. Di sanalah kita menampung "air cinta" orangtua setiap hari. Ada anak yang ukuran gelas cintanya besar dan airnya penuh, sebab mereka dibesarkan dengan penuh kasih sayang.

Tetapi, sebagian kita hanya memiliki gelas cinta ukuran kecil, sebab orangtua kita mungkin terlalu sibuk atau penuh keterbatasan. Hingga mereka kurang memberikan kasih sayang kepada kita. Namun tak sedikit anak yang gelas cintanya bukan saja kecil tetapi juga bocor. Sebab mereka bukan saja diabaikan sejak kecil tapi juga dibeda-bedakan dengan kakak atau adiknya. Mengalami trauma kekerasan atau dari ibu. Apalagi sampai mendapatkan pelecehan.

Berbahagialah Anda yang menerima wujud kasih orangtua dan keluarga besar, sebab dengan demikian tangki atau gelas cinta Anda besar. Airnya pun penuh, air cinta. Saat dewasa, air cinta itulah yang anda bagikan dalam relasi, sehingga merasa nyaman dan percaya diri dalam bergaul bergaul. Mereka yang dibesarkan dengan kasih sayang punya stok untuk berbagi, dan cakap menerima orang lain (berempati) dan punya kapasitas memaafkan sesamanya

Sebaliknya, bila gelas cinta Anda kecil dan bocor, akan mempengaruhi emosi saat dewasa. Ada perasaan tidak aman, dan terbatas dalam hal berbagi. Cenderung minder dan sulit mengelola konflik dan perbedaan, sensitif dan mudah tersinggung. Jika Anda sedang pacaran atau sudah menikah, jangan heran melihat pasanganmu tampak kekanak-kanakan dan banyak menuntut. Lihat saja pohon keluarganya, mungkin dia dibesarkan kurang "gizi cinta".

Buahnya ya pasanganmu egois. Selain itu mereka yang gelas cintanya bocor-bocor lebih banyak menuntut. Selalu tidak puas dan suka mengkritik. Sebaliknya, kalau dituntut ia mudah marah dan memilih menghindari tanggungjawab. Rentan terhadap stres dan terkadang melarikan diri ke hal yang merugikan seperti adiksi terhadap zat atau lainnya.

Tentu akan berbeda jika ia sudah mengalami pemulihan. Mereka yang air cintanya sedikit (defisit) cenderung minder. Ironisnya, mereka lebih fokus pada kelemahan pasangannya. Inilah pemicu konflik abadi dalam perkawinan, kecuali kalian mencari solusi bersama mengatasi defisit tersebut.

Jika Anda pacaran, kenalilah dengan baik ukuran, isi dan keutuhan gelas cinta pasangan. Pertimbangkan apakah Anda mampu melengkapi kekurangan pasangan, atau malah Anda sendiri punya masalah yang sama, gelasmu juga bocor. Jika Ya jangan segan carilah bantuan, usahakan mendapat pemulihan sebelum menikah. "Tambal" dulu gelas cinta kalian yang bocor. Menunda sedikit lebih baik daripada tergesa-gesa. Bisa dengan cara menemui konselor perkawinan, menghadiri training yang baik dan mengikuti proses reparenting.

Reparenting adalah proses mengolah-ulang pengalaman keorangtuaan kita yang buruk. Caranya, mencari figur orangtua yang baik di sekitar kita. Bergaul karib dan menjadikan mereka seolah orangtua kita. Menjadikan mereka "pemeran pengganti" ayah dan ibu. Mengadopsi pola relasi mereka sebagai suami dan istri Jika Anda sudah menikah pahamilah latar belakang atau pohon keluarga pasangan.

Daripada terus menuntut cobalah berempati. Selalu ada alasan mengapa pasanganmu tampak kekanak-kanakan, suka menuntut atau memendam perasaannya. Setelah itu, bicarakan baik-baik bagaimana memperbaiki relasi dan komunikasi yang retak. Jika perlu temui terapis perkawinan, atau menghadiri kelompok yang bisa memperkaya relasi pernikahan kalian.

Semoga membantu

Julianto Simanjuntak @JuliantoPelikan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau