Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/05/2013, 14:27 WIB

KOMPAS.com - Meski tidak beracun, minum minuman soda tak boleh sembarangan. Untuk menghindari efek negatif seperti kelebihan berat badan, dibutuhkan moderasi dalam minum minuman soda.

Kita mungkin sudah mengetahui cara tepat minum minuman soda agar tidak menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Tetapi bagaimana dengan si kecil? Sudah mampukah ia membatasi dirinya, apalagi terhadap makanan atau minuman manis yang memang disukainya.

Public Affairs & Communication Director Coca Cola Indonesia Tatie Sadarini mengatakan, anak di bawah umur 12 tahun lebih memilih makan yang mereka sukai. Rasa manis pada minuman bersoda umumnya disukai oleh anak-anak. Maka tanpa pengawasan orangtua, dikhawatirkan anak-anak akan meminum minuman bersoda secara berlebihan. Dampaknya, kegemukan di usia dini.

"Maka sebaiknya juga iklan minuman bersoda tidak berada di lingkungan anak berusia di bawah 12 tahun," tandas Tatie dalam Seminar Media bertajuk "Coming Together! Cola Cola Teguhkan Komitmen Global Perangi Obesitas" Jumat (17/5/2013) di Jakarta.

Tatie menambahkan, selain mengawasi apa yang mereka makan, sebaiknya anak-anak juga dibiasakan untuk aktif bergerak demi menghindari kegemukan. Dengan aktif bergerak, kalori yang diasup akan dimanfaatkan menjadi energi sehingga tidak disimpan dalam bentuk lemak.

"Perlu adanya program-program yang mendorong untuk lebih aktif, sehat, dan bugar, seperti acara kompetisi olahraga dari mulai turnamen sepakbola hingga bulutangkis," cetusnya.

Masalah ganda

Meningkatnya jumlah anak gemuk bukan hanya dihadapi penduduk di negara maju, Indonesia pun juga. Tetapi di sisi lain masalah gizi buruk dan kurang masih belum terselesaikan. Karena itulah Indonesia disebut menghadapi beban ganda. Gizi berlebih mengakibatkan kegemukan yang memicu pelbagai masalah kesehatan ketika mereka dewasa.

Gaya hidup tidak aktif bergerak, lebih banyak duduk dan berbaring, makin marak terjadi di semua usia, termasuk anak-anak. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya kalori termanfaatkan oleh tubuh menjadi energi. Jika kalori tidak dimanfaatkan maka akan diubah menjadi lemak sebagai cadangan energi.

Di samping itu, maraknya makanan siap saji yang tinggi kandungan garam dan lemak juga turut berkontribusi untuk masalah kegemukan.

Ironisnya, anak-anak yang gemuk sangat mungkin untuk menjadi tetap gemuk di saat dewasa. Penelitian menunjukkan, 70 persen anak gemuk akan menjadi dewasa yang gemuk pula. Hal tersebut meningkatkan risiko mengembangkan penyakit-penyakit degeneratif pada mereka.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com