Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/07/2013, 10:19 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com —
Tim mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) meraih penghargaan untuk inovasi mereka dalam alternatif pangan bagi pengidap HIV/AIDS. Mereka menciptakan biskuit bergizi tinggi yang dibuat dari pangan lokal.

Dalam kompetisi Developing Solutions for Developing Countries (DSDC) di Chicago, AS, tim IPB meraih juara dua dan juara tiga. Kompetisi tersebut adalah kompetisi internasional bidang teknologi pangan yang diselenggarakan oleh Institute of Food Technologists Student Association.

Kedua tim tersebut adalah tim MASOCA-Ball yang beranggotakan Ardiyansah Mallega, Stella Denissa, dan Alviane Leonita sebagai pemenang kedua dan tim Sweepo yang beranggotakan Veni Issani, Cynthia, dan Jian Septian sebagai pemenang ketiga. Pemenang pertamanya adalah tim EnerTEIN yang beranggotakan enam orang mahasiswa pascasarjana dari Universiti Putra Malaysia.

Dr Feri Kusnandar Hidayat MSc, Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB, selaku dosen pembimbing mereka, memaparkan, DSDC bertujuan untuk menggali konsep dan pemikiran dari mahasiswa terhadap permasalahan pangan yang dihadapi oleh negara-negara berkembang.

Jika tim Sweepo menggunakan bahan baku ubi merah dari Papua, tim MASOCA-Ball memilih bahan utama tepung jagung (maizena). Mereka juga menggunakan campuran tepung kedelai, parutan wortel, ditambah kacang-kacangan, gula, dan telur.

Kacang-kacangan, pati jagung, dan tepung kedelai adalah bahan pangan lokal yang banyak terdapat di Nigeria, Afrika.

Menurut Alviane, anggota tim, MASSOCA Ball adalah biskuit yang murah dan bernutrisi. "Selain mengandung karbohidrat, lemak, dan protein, biskuit ini juga mengandung vitamin A yang bisa meningkatkan sistem imun," katanya dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (23/7/2013).

Panganan bergizi tersebut juga dibuat khusus agar anak-anak mudah memakannya. Rasanya yang manis juga akan disukai anak-anak. "Harapannya, anak-anak pengidap HIV daya tahannya meningkat sehingga penyakitnya tidak masuk menjadi AIDS," katanya.

Tim ini mengambil kasus di Negeria, yang merupakan negara dengan jumlah pengidap HIV/AIDS terbesar kedua di Afrika setelah Afrika Selatan.

Feri menambahkan, meski biskuit tersebut masih terbatas konsep, diharapkan ada industri yang bisa mengembangkannya sehingga bisa dijangkau semua anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com