Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/12/2013, 09:18 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com - Menyimpan sel punca yang berasal dari tali pusat ataupun sumsum tulang dan darah tepi di bank sel punca mulai banyak dilakukan. Tidak heran, pengobatan dengan sel punca yang dapat jadi terapi penyakit degeneratif tentu merupakan hal yang menarik bagi siapa saja yang menginginkan kesembuhan.

Direktur ProSTEM Cynthia Retna Sartika mengatakan, terapi menggunakan sel punca memang merupakan metode yang tengah mengalami perkembangan pesat. Namun sebelum menyimpan sel punca dalam bank, sebaiknya perhatikan dulu prosedur penyimpanannya.

Saat ditemui di sela-sela acara peresmian PT Prodia StemCell Indonesia (ProSTEM), Rabu (11/12/2013) di Jakarta, Cynthia pun menjelaskan detail prosedur yang perlu dilakukan sebelum menyimpan sel punca di bank, sebagai berikut.

1. Tentukan saat hamil
Sel punca yang baik merupakan sel yang berasal dari individu muda. Semakin muda individu, kemungkinan semakin baik pula kualitas sel punca yang dihasilkan. Ini karena semakin muda individu maka semakin sedikit kemungkinan penyakit yang diderita sehingga sel relatif lebih sehat.

"Maka sel punca yang diambil dari tali pusat bayi yang baru lahir adalah yang terbaik dan paling direkomendasikan," cetusnya.

Lantaran hal itulah, ibu yang tengah hamil sebaiknya segera menentukan, apakah sel punca dari tali pusat bayinya nanti akan disimpan atau tidak. Jika iya, maka ibu hendaknya segera menghubungi pihak penyedia layanan bank sel punca.

2. Konseling
Selanjutnya, pihak bank sel punca akan melakukan konseling pada ibu maupun keluarganya. Konseling meliputi penjelasan lebih lanjut soal manfaat dan risiko dari penyimpanan sel punca.

"Kami tidak akan memberikan janji yang terlalu tinggi dari penyimpanan sel punca, karena pada akhirnya keberhasilan pemanfaatannya juga tergantung pada penyakit dan kualitas sel puncanya. Karena itu, kami ingin konsumen mengerti betul hal itu agar tidak terjadi kesalahpahaman nantinya," papar Cynthia.

3. Registrasi
Jika ibu dan keluarga setuju, maka dilanjutkan dengan penandatangan kontrak. Khususnya di ProSTEM, konsumen dikenai biaya uang muka untuk administrasi sekitar Rp 1,5 juta.

4. Koordinasi dengan dokter
Pengambilan sel punca saat ibu bersalin akan lebih banyak melibatkan jasa dokter yang membantu persalinan. Karena itu, koordinasi dengan dokter sangat perlu dilakukan.

Saat itu, dokter bahkan bisa memberikan informasi tentang kondisi ibu, apakah ada kondisi-kondisi yang menyulitkan dalam pengambilan sel punca. Jika memang ada dan tidak dapat diperbaiki hingga mendekati waktu persalinan, maka kontrak bisa dibatalkan.

Di saat ini pula, konsumen perlu melunasi tagihan kontrak awal penyimpanan sel punca. Di ProSTEM, biayanya mencapai Rp 12,5 juta.

5. Pemeriksaan laboratorium
Mendekati waktu persalinan, ibu perlu melakukan pemeriksaan darah. Jika ternyata terdapat infeksi, maka kontrak juga belum dapat dilanjutkan. Pasalnya jika sudah terinfeksi maka sel punca pun ikut terkontaminasi dan tidak dapat disimpan dalam waktu lama.

"Dengan dibatalkan kontrak, maka uang yang sudah dilunasi dikembalikan kembali dengan pemotongan biaya administrasi dan pemeriksaan laboratorium," ujar Cynthia.

Jika kontrak dilanjutkan, maka saat bersalin, dokter sudah dibekali dengan peralatan pengambilan sel punca. Kemudian, sel yang sudah diambil segera dikirimkan ke bank sel punca untuk diproses lebih lanjut. Pemeliharaan penyimpanan sel akan dikenakan biaya Rp 1,7 juta per tahunnya.

Terapi dengan menggunakan sel punca bertujuan untuk memperbaharui atau memperbaiki sel atau jaringan yang rusak atau tidak berfungsi. Sel punca sendiri merupakan sel yang belum terdeferensiasi sehingga berpotensi tumbuh menjadi jaringan yang berbeda dalam tubuh.

Saat ini, penelitian di bidang sel punca tengah banyak dikembangkan oleh peneliti di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri, penelitian tentang sel ini pun sudah banyak dilakukan, meski kebanyakan belum dikembangkan hingga uji klinis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com