Khususnya bagi kaum hawa, rutin memeriksa payudara sendiri (SADARI) merupakan cara yang paling praktis untuk mendeteksi kanker sejak dini. Namun agar dapat mendeteksinya dengan tepat, melakukan SADARI pun harus dilandasi keterampilan. Dan bagi orang yang baru sekali atau dua kali melakukannya mungkin akan mengalami sedikit kesulitan.
Namun menurut Kepala Subdit Penyakit Kanker Kementerian Kesehatan RI Niken Wastu Palupi, semakin sering melakukannya, wanita akan lebih terampil dalam melakukan SADARI. Bahkan sensitivitas pemeriksaan pun akan meningkat.
"Maka sangat disarankan bagi wanita untuk melakukan SADARI rutin paling tidak satu bulan sekali setelah selesai menstruasi," cetus Niken dalam konferensi pers Breast Cancer Expert Forum bertajuk "Transforming Advanced Breat Cancer at Molecular Level", Sabtu (21/12/2013) di Jakarta.
Niken menjelaskan, akurasi SADARI untuk mendeteksi kanker payudara memang tidak setinggi jika menggunakan ultrasonografi (USG) atau mammogram, namun paling tidak SADARI bisa dilakukan sendiri sehingga bisa lebih rutin setiap bulan. SADARI yang dilakukan tidak teratur, kata dia, bisa mendeteksi benjolan pada payudara yang berukuran (diameter) 3,75 sentimeter atau lebih.
Jika dilakukan dengan teratur, imbuhnya, SADARI bisa mendeteksi benjolan yang berukuran lebih kecil yaitu 2,75 sentimeter. Sementara itu, jika sudah terampilan melakukannya benjolan yang berukuran 1,2 sentimeter sudah dapat teraba.
Sebagai perbandingan, mammografi yang dilakukan pertama kali dapat mendeteksi benjolan sebesar 0,6 sentimeter. Sedangkan bila dilakukan secara teratur, teknik tersebut dapat mendeteksi benjolan yang ukurannya 0,2 sentimeter.
Kanker payudara merupakan pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel payudara yang berubah menjadi ganas. Saat ini, kanker payudara adalah kanker yang paling banyak dialami oleh wanita di seluruh dunia. Di Indonesia, kasus kanker payudara mencapai 35 persen dari total kasus kanker.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.