Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 14/02/2014, 14:55 WIB
Rosmha Widiyani

Penulis


KOMPAS.com —
Letusan gunung berapi memuntahkan berbagai materi yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan warga di sekitarnya. Paparan materi ini bisa mengakibatkan warga mengalami iritasi pernapasan, kulit, atau mata.

Kabar baiknya, "Iritasi bisa dihindari bila warga di sekitar lokasi letusan melakukan berbagai langkah pencegahan. Dengan langkah ini, maka dampak negatif yang dirasakan warga bisa ditekan," ungkap dokter ahli kesehatan paru dari RSUP Persahabatan, Jakarta, Agus Dwi Santoso.

 
Berikut langkah pencegahan yang dapat dilakukan warga:
 
1. Berada sejauh mungkin dengan lokasi letusan
 
2. Kurangi aktivitas di luar ruang karena paparan abu vulkanis bisa menimbulkan keluhan pernapasan, terutama pada orang yang sudah menderita penyakit paru. Paparan abu vulkanis dapat memperparah kondisi kesehatannya.
 
3. Tutup jendela, pintu, perapian atau tungku kayu, dan minimalkan penggunaan pemanas udara atau AC. Hal ini akan mencegah masuknya abu dan gas ke dalam rumah.
 
4. Gunakan masker untuk mengurangi masuknya debu ke dalam saluran napas.
 
5. Basahi atau percikan air sebelum membersihkan lingkungan dari debu atau abu vulkanis, untuk menghindari berbagai partikulat yang terbang dan mengakibatkan iritasi.
 
6. Hindari mengemudi.
 
7. Pakailah kacamata di luar ruangan, atau saat membersihkan debu di dalam ruangan. Kacamata akan mencegah iritasi terjadi pada organ penglihatan.
 
8. Menjaga kulit tetap tertutup untuk menghindari iritasi akibat kontak dengan debu dan abu.
 
9. Carilah bantuan medis bila ada dampak kesehatan yang dirasakan.
 
Agus menyarankan agar masyarakat melakukan semua langkah tersebut. Hal ini dikarenakan gangguan pernapasan bergantung pada berbagai hal, yaitu konsentrasi partikel tersuspensi di udara, proporsi partikel yang terhirup, lama paparan, kondisi meteorologi, faktor individu, dan jarak dengan lokasi erupsi.
 
"Lokasi yang semakin dekat, konsentrasi partikel yang tinggi, apalagi bila debu dan abu masih panas, tentu berakibat lebih buruk pada kesehatan warga," kata Agus.
 
Terkait abu yang masih panas, Agus mengingatkan warga untuk lebih waspada. Abu vulkanis disertai hawa panas dapat menyebabkan panas piroklastik. Panas ini bisa mengakibatkan kematian akibat luka bakar di saluran pernapasan atau sesak napas.
 
Agus juga mengakibatkan warga untuk berhati-hati pada kandungan asam dalam abu vulkanis. Asam berdampak lebih berat karena sifatnya yang lebih merusak saluran pernapasan. Hal ini sama dengan abu vulkanis yang mengandung berbagai gas berbahaya seperti CO, H2S, SO2, atau yang mengandung komponen kristal seperti silika.
 
"Karena itu pakailah masker berukuran N95 sampai N100 untuk menghindari masuknya debu berukuran atau kurang dari 10 mikron. Bila merasakan yang tidak beres, segera ke fasilitas kesehatan. Umumnya efek akut dapat hilang dengan pengobatan seperti pemberian obat batuk, obat mengurangi sesak, pengencer dahak, atau obat radang. Antibiotik akan diberikan oleh dokter bila ada tanda infeksi," terang Agus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com