Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/04/2014, 09:05 WIB

KOMPAS.com — Metode penanganan wasir terkini dengan stapler (stapled hemorrhoidopexy) terbukti mampu mengurangi rasa nyeri setelah operasi. Namun, metode itu tidak menjamin penderita terbebas dari penyakit itu.

Hal itu dikatakan Kepala Bidang Ilmiah Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jakarta Utara Barlian Sutedja pada seminar ilmiah ”Tata Laksana Diagnostik pada Pendarahan Dari Anus dan Penanganan Hermoroid Terkini”, di Jakarta, Sabtu (5/4).

”Jika penderita tidak bergaya hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan berserat, minum air putih delapan liter per hari, dan berolahraga, wasir bisa kembali diderita, persentase kambuh 5 persen,” ujar Barlian.

Teknik yang dipelopori Antonio Longo asal Italia pada 1993 ini menggunakan procedure for prolapse and hemorrhoids (PPH). Prosedur ini menggunakan alat semacam stapler yang memotong jaringan hemoroid yang prolaps (merosot) di pangkal wasir. Setelah itu, alat ini menjahit jaringan tersisa di dinding anus.

”Memotong jaringan di pangkal wasir menjadikan teknik ini tidak terlalu sakit bagi pasien. Sebab, bagian itu tidak terdapat banyak jaringan sensitif. Rasa sakit hanya 20-30 persen dibandingkan dengan penanganan konvensional. Pasien hanya perlu dirawat di rumah sakit selama satu hari,” kata Barlian, yang juga Direktur Utama Rumah Sakit Gading Pluit, Jakarta Utara.

Prosedur PPH hanya untuk penderita wasir derajat 3 dan 4. Pada kondisi itu, jaringan hemoroid yang prolaps telah mengganggu aktivitas penderita. Adapun wasir derajat 1 dan 2 masih bisa diatasi dengan memperbaiki gaya hidup dan pola makan.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 2008, penderita wasir di dunia sekitar 230 juta orang. Di Indonesia, menurut data Kementerian Kesehatan 2008, jumlah penderita hemoroid 5,7 persen dari total populasi (sekitar 10 juta orang).

Sementara itu, dokter spesialis bedah RS Gading Pluit, Peter Ian Limas, mengatakan, sebagian besar masyarakat Indonesia masih meremehkan buang air besar (BAB) berdarah. Padahal, ini bisa merupakan tanda awal kanker kolorektal. Data WHO, kanker kolorektal menyebabkan kematian 600.000 orang per tahun.

Peter menambahkan, pendarahan itu umumnya disebabkan masalah di saluran pencernaan bagian bawah, yaitu usus besar, usus halus, serta usus dua belas jari. Ia menyarankan, penderita BAB berdarah melakukan pemeriksaan, misalnya dengan endoskopi atau metode lain. (A07)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com