Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 15/04/2014, 15:44 WIB

KOMPAS.com — Kondisi deep bite pada gigi bisa dideteksi dan ditanggulangi sejak kanak-kanak. Namun, perawatannya tergantung tingkat keparahan gigi.

Jika terdeteksi sejak usia balita, lebih mudah dicegah. ”Misalnya, menghilangkan kebiasaan mengisap jempol dan menggigit bibir si anak balita,” kata Direktur Rumah Khusus Sakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Fadli, SpOrt, di Jakarta, Senin (14/4).

Deep bite merupakan kondisi ketika gigi atas dan bawah tidak sejajar. Rahang atas maju, sedangkan rahang bawah normal, atau sebaliknya.

”Pada orang dengan deep bite, ketika mengunyah, gigi bawah akan mengenai langit-langit gusi bagian atas dan membuat luka,” kata Fadli.

Tindakan yang dilakukan adalah interseptif. Itu dilakukan ketika deep bite mulai terlihat, tetapi bisa dicegah sebelum kondisi permanen.

Salah satu caranya, mengawasi proses transisi gigi dari gigi susu ke gigi tetap untuk mencegah ada gigi susu goyang yang tak sempat tercabut. Tindakan interseptif itu bisa dilakukan untuk anak-anak yang belum usia akil balik.

Adapun perawatan untuk deep bite permanen, yaitu pada usia 18-20 tahun, mungkin dilakukan di antaranya dengan mengubah susunan gigi agar gigi tidak mengenai gusi ketika menggigit makanan. Pada kasus ekstrem, tindakan bedah bisa dilakukan.

Pada kondisi ekstrem, kata Fadli, ketidaksejajaran itu disebabkan rahang atas maju, sedangkan rahang bawah mundur. Kondisi ini berpotensi menimbulkan luka pada gusi.

Kasus deep bite bisa disebabkan keturunan dan kebiasaan, seperti mengisap jempol atau menggigit bibir bawah yang membuat rahang bawah sulit berkembang.

Menurut Himawan Halim, penyedia produk perata gigi Invisalign di sela-sela peluncuran produk Invisalign G5 di Jakarta, perawatan dengan perata gigi umumnya memakan waktu 10-12 bulan. Namun, untuk kasus parah, penggunaan perata gigi bisa dua tahun.

”Juga kedisiplinan pengguna dan dokter gigi,” kata Fadli. (A01)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com