Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/04/2014, 15:33 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

 
 

KOMPAS.com -
Stroke memang lazimnya terjadi pada orang dewasa di atas usia 40 tahun. Namun kini semakin banyak orang lebih muda yang juga terserang stroke. Bahkan, stroke juga dapat terjadi pada anak-anak.
 
Beberapa waktu lalu, sejumlah pemberitaan menyebutkan, seorang anak usia enam tahun asal Ohio, Amerika Serikat, mengalami serangan stroke hingga membutuhkan tindakan operatif untuk mengatasinya. Ya, menurut para dokter, stroke pada anak diperkirakan terjadi pada enam per 100.000 anak.
 
Dokter spesialis anak dari RS Premier Jatinegara Marissa T.S Pudjiadi mengatakan, meskipun prevalensinya kecil, namun stroke pada anak juga perlu tetap diwaspadai. Di Indonesia sendiri, anak-anak pun tidak terlepas dari risiko stroke.
 
"Pernah terjadi kasus stroke pada anak di Indonesia, walau sudah agak lama dan jarang. Tapi stroke memang bisa terjadi pada anak-anak," katanya kepada Kompas Health.
 
Marissa menjelaskan, tak ubahnya pada orang dewasa, stroke pada anak umumnya disebabkan oleh iskemia atau gejala berkurangnya aliran darah pada otak. Ini menyebabkan terjadinya kerusakan fungsi otak yang menimbulkan gejala seperti mata rasa atau lemah pada bagian wajah, lengan, atau kaki, terutama pada satu sisi tubuh, kebingungan dan kesulitan berbicara, penglihatan mendadak terganggu, sakit kepala, dan gangguan keseimbangan.
 
Berkurangnya aliran darah pada otak ini disebabkan oleh penyumbatan pada pembuluh darah melalui trombosis atau emboli arteri. Kondisi ini dipicu oleh penumpukan lemak di dinding pembuluh darah karena tingginya kadar kolesterol dalam darah.
 
"Tingginya kadar kolesterol total merupakan faktor yang berpengaruh dalam timbulnya sumbatan di pembuluh darah. Kadar kolesterol total dikatakan tinggi jika angkanya lebih dari 200 mg/dL," jelas Marissa.
 
Kendati demikian, ia menekankan perlunya mengatahui profil lipid secara keseluruhan dari seseorang, bukan hanya kolesterol total. Profil lipid dapat diketahui melalui tes darah yang meliputi kolesterol total, trigliserida, kolesterol "baik" atau high density lipoprotein (HDL), dan kolesterol "jahat" atau low density lipoprotein (LDL).
 
Mengetahui profil lipid itu penting karena peran masing-masing kolesterol berbeda-berbeda dalam menyumbangkan kontribusi risiko stroke. Misalnya, bila kolesterol total seseorang kurang dari 200 mg/dL namun HDL-nya tergolong rendah, maka profil lipid darinya belum bisa dikatakan baik.
 
Ini karena tubuh membutuhkan peran HDL yang membawa lemak dari darah kembali ke hati, sehingga mengurangi plak di pembuluh darah. Maka jika jumlah HDL dalam tubuh tinggi, risiko untuk terjadinya sumbatan pada pembuluh darah akan berkurang.
 
Selain itu, stroke juga bisa disebabkan oleh pendarahan pada pembuluh darah di otak. Pendarahan ini kemudian akan mengganggu fungsi otak dan menimbulkan gejala stroke.
 
Penanganan stroke pada anak tidak jauh berbeda dengan orang dewasa. Keduanya sama-sama memiliki periode emas yaitu jangka waktu terbaik pemberian penanganan karena kesempatan sembuhnya paling besar.
 
Solusi jangka pendek yang terbaik adalah pemberian obat pengencer darah seperti aspirin. Namun solusi jangka panjang yaitu dengan operasi untuk memulihkan aliran darah pada otak.
 
Marissa mengatakan, stroke pada anak bisa dikarenakan faktor keturunan atau herditer dan makanan. Karena itu, orangtua sebaiknya tidak mengabaikan hal-hal kecil yang terjadi pada anak mereka. Jika melihat ada tanda-tanda kehilangan fungsi motorik, pusing, hingga munculnya penglihatan ganda pada anak, segeralah memeriksakannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com