Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Suku Tobelo Dalam yang Tak Pernah Kenal Obat Medis

Kompas.com - 02/05/2014, 12:46 WIB

Melalui program dokumenter, "Doctors Go Wild", Kompas TV mengajak dua dokter untuk mengeksplorasi berbagai tempat di pelosok Nusantara, melihat dan mempelajari berbagai tata cara serta keunikan pengobatan tradisional yang dilakukan masyarakat setempat.

Kedua dokter tersebut adalah Ratih Citra Sari (33), traveler bergelar S2 Hukum Kesehatan, dan Andri Prasetya Wibowo (31), dokter residen urologi yang mencintai fotografi dan backpacking. Inilah salah satu cerita perjalanan mereka.


Hidup di hutan bagi beberapa orang dianggap sebagai keadaan yang tidak menyenangkan dan itulah yang akan kami hadapi pada perjalanan menemui suku Tobelo Dalam.

Buli, sebuah kota pertambangan di Halmahera, menjadi pintu masuk menuju hutan Wasile tempat suku ini hidup. Suku Tobelo Dalam menjalani hidupnya dengan 2 cara, nomaden atau berpindah pindah, dan sedentair atau menetap.

Perjalanan dilanjutkan dari Buli, untuk mengikuti keseharian suku Tobelo Dalam yang menetap. Banyak hal yang telah dijanjikan pemerintah, yang telah membuat suku yang awalnya berpindah pindah ini mengambil keputusan untuk menetap, meskipun banyak janji janji itu pada akhirnya tidak terpenuhi juga, diantaranya sarana air bersih dan kesehatan yang jauh dari kata layak.

Hal Gaib

Tindakan  medis seperti penyembuhan orang sakit di tempat ini lebih dipengaruhi oleh tradisi dan unsur magis, seperti yang dilakukan oleh salah satu dukun desa, Pareke Were Were. Namun tentunya semua itu tidak menjadi sebuah penyelesaian masalah ketika masyarakat lebih membutuhkan obat modern atau tindakan tertentu dibandingkan unsur magis untuk menyembuhkan sakitnya. Untungnya hal ini sedikit terbantu dengan adanya sejumlah tanaman tradisional yang telah dipercaya turun temurun untuk menyembuhkan penyakit tertentu.

Dok Doctors Go Wild KOMPAS TV Kegiatan bersama keluarga Awo, suku Tobelo Dalam.

Keadaan yang lebih mengenaskan dirasakan oleh suku Tobelo Dalam yang masih hidup berpindah pindah. Untuk bertemu dengan suku ini, kita harus  berjalan kaki menuju dalamnya hutan Wasilei selama kurang lebih 8 jam. Kita akhirnya menjumpai sebuah keluarga suku Tobelo Dalam dengan kesederhanaannya.

Mereka ternyata telah terbiasa hidup berdampingan dengan alam dan tidak ada rasa penyesalan sedikit pun ketika harus hidup di dalam hutan ini. Memang hutan Wasilei masih benar benar hijau, dengan air sejernih air mineral botol, dan sumber makanan baik hewani maupun nabati yang masih melimpah. Cucu dari kepala keluarga kecil ini sedang sakit, dan belum pernah ada dokter yang menyentuhnya semenjak hari dia dilahirkan.

Tidak Mengenal Medis

Cerita tragis ini ditambah dengan kekagetan saya sebagai dokter saat mengetahui bahwa mereka belum terbiasa dengan obat modern. Namun waktu kami yang terbatas dalam perjalanan ini memang harus meninggalkan mereka dengan sedikit informasi mengenai obat yang harus diminum oleh si anak, dengan ketidakyakinan bahwa mereka akan mengerti tentang hal itu dan apa yang harus mereka lakukan berikutnya apabila sakit itu belum membaik atau terjadi sakit yang lain di anggota keluarganya.

Kami akhirnya sampai lagi di tengah kota Buli, sebuah kota yang didatangi oleh banyak pendatang Jawa untuk mengadu nasib di industri pertambangan di kota ini. Ada yang berhasil membawa penghasilannya ke Jawa, ada yang masih belum.

 Namun apapun itu, ternyata sumber daya alam yang telah dikeruk dari wilayah ini memang belum menyentuh masyarakat Tobelo Dalam, utamanya dalam hal air bersih, pendidikan dan tentunya kesehatan.

(dr. Andri Prasetya Wibowo)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com