Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bijaksana Memilih Pengobatan Alternatif untuk Kanker

Kompas.com - 09/05/2014, 10:23 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis


KOMPAS.com -
Pengobatan kanker terus berkembang, tetapi tak sedikit orang yang mencari pengobatan di luar standar praktik ilmu kedokteran atau biasa disebut pengobatan alternatif. Terapi nonmedis itu ditujukan untuk melawan kanker atau mengatasi efek samping pengobatan kanker.

Menurut Dr. Henri Naland, ahli bedah kanker, pengobatan alternatif, dalam hal ini herbal, seharusnya bersifat komplementer dalam prinsip pengobatan kanker. “Metode kedokteran moderen harus jadi yang utama,” tegasnya.

Sebagai pengobatan utama, peran bedah sangat besar dalam upaya pengobatan. “Jika ada tumor ganas, tumor itu harus dioperasi supaya tidak menyebar. Setelah itu harus dilakukan tindakan lanjut kemoterapi dan radioterapi,” katanya.

Prinsip pengobatan herbal selanjutnya yang benar untuk kanker adalah menggabungkan 4-5 tanaman obat untuk memerangi sel kanker. Satu jenis tanaman saja tak cukup kuat untuk melawan kanker. Bidara upas, sambiloto, buah makasar, mahkota dewa, keladi tikus, buah merah, jombang adalah tanaman obat di Indonesia yang bermanfaat melawan kanker.

“Di Indonesia ada 46 tanaman yang bagus untuk melawan kanker,” katanya. Kombinasi tanaman yang pas untuk jenis dan stadium kanker itu sebaiknya ditentukan oleh seorang ahli herbal. Sebaiknya pasien kanker pun tak sembarangan meracik tanaman obat. Biarkan seorang ahli herbal meramu.

Sebelum mendapatkan terapi herbal, seorang pasien kanker juga harus melakukan cek fungsi ginjal terlebih dahulu. “Tujuannya untuk clearance test. Kita harus hati-hati dalam memberi dosis. Meski herbal itu dibilang alami, kita juga perlu hati-hati,” katanya.

Dosis yang dianjurkan untuk herbal basah adalah sebesar 15-30 gram. Untuk herbal kering dosis yang dianjurkan adalah 3-5 gram. Bubuk herbal yang dianjurkan untuk pengobatan adalah 500 mg.

Selanjutnya fungsi hati juga menunjukkan fungsi yang masih baik. “Kita harus hati-hati sebab hati dan ginjal bekerja membuang zat-zat dari herbal itu untuk dikeluarkan tubuh,” sebutnya.

Masalah lain yang masih ada pada pengobatan herbal adalah standarisasi. Beda dengan obat kimia buatan pabrik yang punya standarisasi baik, khasiat tanaman obat yang sama namun dari wilayah berbeda dengan cara penanaman dan panen yang berbeda menghasilkan khasiat berbeda pula.

“Hati-hati pula dengan penanganan setelah panen. Bila caranya salah, tanaman obat bisa ditumbuhi jamur beracun,” katanya. Alih-alih ingin sembuh, tanaman obat itu justru mempercepat jalan menuju kematian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com