Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/05/2014, 17:42 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com -
Saat mendengar kata hipertensi, orang akan berpikir tentang tekanan darah tinggi yang meningkatkan risiko penyakit jantung. Namun, ternyata hipertensi juga dapat terjadi di satu organ spesifik yaitu paru-paru, yang dampaknya bisa fatal. 

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dari Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Rina Ariani mengatakan, hipertensi paru-paru atau hipertensi pulmonal terjadi karena peningkatkan tekanan pada paru-paru.

Tekanan darah pada paru-paru ini berbeda dengan tekanan darah tubuh. Jika tekanan darah pada tubuh normalnya 120 mmHg untuk sistol dan 80 mmHg untuk diastol, seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darahnya di atas 140/90 mmHg. 

 
"Sementara itu, tekanan darah paru-paru hanya 25/10 mmHg dan lebih dari itu sudah dikatakan hipertensi pulmonal," kata Rina dalam seminar dalam rangka peringatan hari hipertensi pulmonal di Jakarta, Sabtu (10/5/2014).
 
Peningkatan tekanan di paru-paru, lanjut dia, akan mengganggu bahkan menggagalkan fungsi organ ini. Peningkatan terjadi karena timbulnya penyempitan di pembuluh darah yang menuju ke paru-paru. Penyempitan itu kemudian bisa menjadi sumbatan yang menggagalkan aliran darah untuk mencapai paru-paru.
 
Rina menjelaskan, paru-paru sebenarnya merupakan organ tempat darah mengambil oksigen, yang kemudian dipompa lagi oleh jantung ke seluruh tubuh. Namun ketika tekanan darah terlalu tinggi pada paru-paru, maka proses tersebut pun akan terganggu.
 
Penyebab hipertensi pulmonal bisa berasal dari gangguan pada pembuluh darah di paru-paru atau dari kondisi penyakit lainnya yang akhirnya mempengaruhi tekanan darah ke paru-paru. 
 
Penyakit lainnya antara lain kelainan jantung bawaan, penyakit paru-paru obstruksi kronis, serta asma yang sudah terjadi dalam waktu lama. Hipertensi pulmonal juga terjadi karena adanya kelainan jaringan ikat, khususnya yang menuju paru-paru.
 
Kendati penyakit ini memiliki komplikasi yang serius, namun gejala klinis dari penyakit ini seringkali tidak spesifik, seperti sesak napas saat beraktivitas, cepat lelah, pusing, pingsan, kaki bengkak, detak jantung cepat, dan lain-lain. 
 
"Seringkali hipertensi pulmonal didiagnosis penyakit lain dan baru didiagnosis tepat saat kondisi sudah memburuk," kata dokter dari Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Terkini Lainnya

Ubanan di Usia Muda, Apakah Bisa Dicegah? Ini Kata Dokter...

Ubanan di Usia Muda, Apakah Bisa Dicegah? Ini Kata Dokter...

Health
Olahraga Lari Aman untuk Pemula, Dimulai dari Jantung yang Sehat

Olahraga Lari Aman untuk Pemula, Dimulai dari Jantung yang Sehat

Health
Peredaran Kosmetik Ilegal Tembus Rp 31,7 Miliar, BPOM Temukan Banyak Pelanggaran

Peredaran Kosmetik Ilegal Tembus Rp 31,7 Miliar, BPOM Temukan Banyak Pelanggaran

Health
Menkes: Kolaborasi Kemenkes dan Kemenag Tekan Angka Kematian Jemaah Haji

Menkes: Kolaborasi Kemenkes dan Kemenag Tekan Angka Kematian Jemaah Haji

Health
Minat Vasektomi di Indonesia Rendah, Kenapa? Ini Kata Dokter…

Minat Vasektomi di Indonesia Rendah, Kenapa? Ini Kata Dokter…

Health
Minuman Manis Picu Diabetes Tipe 2, Dokter Ingatkan Bahayanya

Minuman Manis Picu Diabetes Tipe 2, Dokter Ingatkan Bahayanya

Health
Remaja Sehat Diam-diam Berisiko Alami Kerusakan Jantung, Ini Penyebabnya…

Remaja Sehat Diam-diam Berisiko Alami Kerusakan Jantung, Ini Penyebabnya…

Health
Gigi Berlubang Parah? Ini Tanda Butuh Perawatan Saluran Akar Gigi

Gigi Berlubang Parah? Ini Tanda Butuh Perawatan Saluran Akar Gigi

Health
Tips Cegah Heat Stroke hingga MERS bagi Calon Haji, Ini Kata Pakar

Tips Cegah Heat Stroke hingga MERS bagi Calon Haji, Ini Kata Pakar

Health
Apa Beda Gejala Serangan Jantung Biasa dan Mematikan? Ini Kata Dokter

Apa Beda Gejala Serangan Jantung Biasa dan Mematikan? Ini Kata Dokter

Health
Kenali Akar Kenakalan Remaja, Bukan Langsung Mengirim ke Barak

Kenali Akar Kenakalan Remaja, Bukan Langsung Mengirim ke Barak

Health
Apa Saja Faktor Risiko Kematian Mendadak? Ini Penjelasan Dokter

Apa Saja Faktor Risiko Kematian Mendadak? Ini Penjelasan Dokter

Health
Wajah Bengkak hingga Nyeri Bahu Bisa Jadi Tanda Tersembunyi Kanker Paru-paru

Wajah Bengkak hingga Nyeri Bahu Bisa Jadi Tanda Tersembunyi Kanker Paru-paru

Health
Kemenkes Imbau Jemaah Haji Jaga Cairan Tubuh, Suhu Madinah Tembus 41 Derajat Celcius

Kemenkes Imbau Jemaah Haji Jaga Cairan Tubuh, Suhu Madinah Tembus 41 Derajat Celcius

Health
RS Siloam Gelar Skrining Kanker Payudara Gratis di Yogyakarta, Diikuti 1.000 Lebih Perempuan

RS Siloam Gelar Skrining Kanker Payudara Gratis di Yogyakarta, Diikuti 1.000 Lebih Perempuan

Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Penampakan Vatikan Jelang Pemilihan Paus Baru, Cerobong Konklaf Mulai Dipasang
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau