Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/05/2014, 13:48 WIB

KOMPAS.com — Sebelum orang yang sudah meninggal dijadikan mumi, bangsa Mesir kuno mengambil otak jenazah melalui hidung. Kini, metode yang sama dipakai para dokter bedah untuk mengoperasi tumor otak.

Akses ke tumor yang terdapat di kelenjar pituitari dan area lain di bagian bawah tengkorak (di belakang mata dan hidung) sulit dilakukan karena area ini dekat dengan saraf dan pembuluh darah yang menuju otak, kepala, dan tulang belakang.

Biasanya untuk mencapai tumor di area tersebut dokter akan membedah kepala (craniotomy), yang akan meninggalkan bekas luka yang besar dan butuh waktu lama untuk sembuh.

Beberapa tahun belakangan ini para dokter bedah mengembangkan metode operasi bedah otak yang tidak invasif. Salah satunya adalah melalui hidung, menggunakan selang endoksopik yang diarahkan ke otak.

"Metode terbaru ini akan meminimalkan dampak yang tidak diinginkan," kata Dr Pablo Recinos, dokter bedah saraf dari Cleveland Clinic, Ohio, AS, yang pertama kali menggunakan teknik ini.

Selang yang dipakai dalam operasi ini berukuran sangat kecil dengan dilengkapi kamera teleskopis. Para dokter bedah mulai menggunakan operasi tumor pituitari endoskopi sekitar 20 tahun lalu. Lalu sekitar satu dekade terakhir mereka mulai melakukannya melalui hidung.

Dalam operasi ini diperlukan dua orang dokter, satu orang melakukan bedah dan dokter lain (biasanya dokter THT) mengendalikan endoskop.

Selama proses operasi, selang akan dimasukkan dari lubang hidung ke sinus dan menghilangkan sekat tipis yang memisahkan bagian atas hidung dengan bawah tengkorak. Kemudian dokter akan membuka membran otak di sekelilingnya, barulah masuk ke otak. Dokter selanjutnya akan menghilangkan tumor menggunakan selang endoskopi.

Setelah tumor diangkat, dokter akan memperbaiki jaringan yang rusak akibat proses pemasukan selang.

Menurut Recinos, dibandingkan metode bedah konvensional, cara ini memungkinkan dokter menghilangkan seluruh tumor. "Tapi tumor pituitari biasanya jinak, sehingga tidak seluruh sel perlu dihilangkan," katanya.

Efek samping dari metode bedah ini antara lain perdarahan, infeksi, stroke, serta kerusakan saraf optik mata. Akan tetapi, metode ini membuat perawatan pasien di rumah sakit lebih cepat dan juga kesembuhannya lebih singkat dibanding metode sebelumnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com