Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/06/2014, 10:05 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

 
KOMPAS.com - Demam berdarah (DBD) merupakan penyakit dengan prevalensi cukup tinggi di Indonesia yaitu mencapai 140.000 kasus per tahunnya dengan persentase kematian 0,9 persen. Tingkat kematian yang tinggi antara lain karena belum ada obat untuk menyembuhkan penyakit ini.

Sejauh ini perawatan pasien DBD adalah untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang akibat keluarnya plasma darah ketika pasien sudah shock. Upaya pencegahan perkembangbiakan nyamuk juga sering tidak efektif karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan.

Kendati demikian, dalam waktu dekat penyakit ini bisa dicegah melalui vaksinasi. Perusahaan farmasi yang mengembangkan vaksin ini adalah PT.Sanofi Pastuer.

Joko Murdianto, GM Vaccine Sanofi Group Indonesia, mengungkapkan, vaksin DBD direncanakan akan mulai dipasarkan di Indonesia pada akhir 2016. Saat ini, vaksin telah melewati uji klinis yang ketiga dan hasilnya cukup baik.

 
"Efikasinya mencapai 56 persen, sesuai dengan yang ditargetkan," ujarnya dalam konferensi pers bertema "Unity and Harmony, Menuju Jakarta Bebas DBD 2020" di Jakarta, Minggu (15/6/2014).
 
Joko menjelaskan, perjalanan pembuatan vaksin DBD sudah mencapai 20 tahun. Pembuatan vaksin tidak mudah pasalnya virus DBD terdiri dari empat tipe yaitu tipe den-1, 2, 3, dan 4.
 
Menurut Joko, vaksin yang efektif untuk empat tipe virus sekaligus akan memudahkan kepatuhan seseorang untuk melakukan vaksinasi. "Bayangkan kalau vaksin hanya efektif untuk satu tipe saja, berarti harus empat kali suntik, mengedukasinya yang sulit," kata dia.
 
Vaksin ini telah terbukti aman setelah diujicoba pada sekitar 40.000 anak, 10.000 di antaranya berasal dari Asia, termasuk Indonesia. Vaksinasi DBD telah dilakukan pada 1.600 anak di Jakarta, Bandung, dan Surabaya. 
 
Sanofi Pasteur juga telah mendaftarkan vaksin untuk izin edarnya. Namun kemungkinan untuk mendapat izin, vaksin perlu diuji klinis tahap keempat untuk pemantauan dampak jangka panjangnya.
 
"Sejauh ini tidak ada efek samping yang berarti pada peserta dalam uji klinis," kata dia.
 
Dalam kesempatan yang sama, Profesor Sri Rezeki S Hadinegoro, Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia, mengatakan, vaksin DBD merupakan salah satu cara yang mendukung bebas DBD 2020. DBD perlu menjadi penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi.
 
"Dan tentu saja, vaksin yang telah beredar telah melewati serangkaian uji yang panjang. Sehingga keamananan sudah pasti teruji," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com