Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/07/2014, 10:23 WIB
Unoviana Kartika

Penulis


KOMPAS.com -Telah lama diketahui paparan alergen pada jumlah tertentu dan dilakukan secara bertahap bisa menyembuhkan alergi. Bahkan sejak zaman Romawi Kuno, para raja sengaja meminum racun untuk merangsang sistem imun tubuh mereka bereaksi, sehingga mereka menjadi kebal dengan racun. 
 
Namun, terapi tersebut sebenarnya tidak boleh dilakukan sembarangan. Pasalnya bagi mereka yang memiliki alergi dengan reaksi anafilaksis atau mengancam jiwa, melakukan terapi ini bisa membahayakan.
 
Dokter pakar imunologi dari FKUI/RSCM Iris Rengganis mengatakan, terapi menyembuhkan alergi dengan alergen dikenal dengan istilah imunoterapi. Terapi tersebut perlu dilakukan dengan pengawasan dokter, tujuannya supaya dosis alergen yang diberikan tepat.
 
"Pemberian dosis alergen perlu tepat supaya tidak sampai menimbulkan reaksi alergi saat terpapar alergen," ujar Iris saat diwawancarai beberapa waktu lalu di Jakarta.

Imunoterapi dilakukan dengan pemberian suntikan alergi. Dokter akan menyuntikkan alergen tertentu dalam dosis tertentu. Tujuannya untuk menurunkan reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap alergen, membantu tubuh belajar menerimanya sebagai zat yang tidak berbahaya.

 
Dosis alergen yang diberikan biasanya akan ditingkatkan secara bertahap, tergantung pada perkembangan respon sistem imun terhadap alergen. Proses terapi bisa berlangsung berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Dengan kata lain setiap periode waktu tertentu pasien perlu datang ke dokter untuk diberikan suntikan secara rutin.
 
Karena tidak bisa dilakukan sendiri dan prosesnya lama, maka biasanya terapi ini membutuhkan biaya yang relatif tidak murah. Inilah yang menyebabkan terapi ini masih sulit dikembangkan di Indonesia. 
 
"Kalau di luar negeri memang sudah banyak, tapi di sini masih sangat sedikit. Bahkan saat ini di luar negeri sudah dikembangkan pemberian dosis alergen dalam bentuk pil. Ini bagus untuk menghemat biaya dokter, jadi tidak perlu setiap suntik perlu pergi ke dokter," ujar Iris.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com