KOMPAS.com - Fortifikasi makanan bukanlah sesuatu yang baru. Sejak puluhan tahun silam garam sudah diperkaya dengan yodium untuk mencegah penyakit gondok. Belakangan ini semakin banyak makanan yang diperkaya gizinya. Misalnya, telur yang diperkaya asam lemak omega tiga.
Yodium pertama kali ditambahkan ke dalam garam di Michigan, AS tahun 1924 dengan tujuan mengurangi kejadian penyakit gondok. Ketika itu kejadian di negara bagian AS itu cukup tinggi, 47 persen.
Ternyata tindakan memperkaya yodium ke dalam garam itu berhasil sehingga membuat seluruh negara bagian melakukan hal yang sama. Penyakit kulit pellagra juga berhasil dihilangkan selama 10 tahun setelah roti dan gandum diperkaya dengan niasin, thiamin, riboflavin serta zat besi di tahun 1943.
Di jaman moderen ini penambahan zat gizi itu kian beragam. Di AS sudah dijual jus jeruk yang diperkaya asam lemak omega tiga. Di Jepang ada produk marshmallow yang diperkaya kolagen, zat yang bikin kulit jadi muda dan kencang. Sementara di Kanada ada produsen minuman ginger ale yang diperkaya dengan teh hijau untuk mengurangi kejadian penyakit jantung koroner.
Dalam waktu tak lama lagi bakal ada produk keju yang diperkaya sterol dari tumbuhan untuk menurunkan kadar kolesterol jahat. Kemudian bakal ada pemanis bebas kalori yang mengandung probiotik dan minuman energi mengandung asam amino untuk kesehatan sendi.
Dirusak Pemrosesan
“Makanan yang diperkaya gizinya pada dasarnya merupakan cara berbeda untuk mendapatkan manfaat suplementasi vitamin. Penelitian sudah membuktikan keduanya,” kata Sheldon Hendler, MD, PhD, penulis buku The Physician’s Desk Reference for Nutritional Supplements.
Hendler mengatakan ada banyak keunggulan makanan fortifikasi dibandingkan mengasup multivitamin. “Banyak zat gizi itu larut di dalam lemak sehingga zat gizi itu dicerna lebih baik ketika dimasukkan ke dalam makanan. Ada juga yang dikombinasi dengan komponen yang sudah ada dalam makanan dan meningkatkan kadar gizinya,” katanya.
Misalnya saja, vitamin A yang larut dalam lemak sangat baik jika dimasukkan ke dalam produk margarin. Vitmain D akan menyempurnakan gizi susu karena vitamin D membantu penyerapan kalsium di dalam tubuh.
Tetapi makanan fortifikasi ini tidak selalu memberi manfaat mengesankan seperti yang “dijual” dalam labelnya. Terlebih ketika dibandingkan dengan gizi dari makanan aslinya. “Pemrosesan makanan merusak zat gizi. Semakin diproses, semakin banyak kerusakan yang kita terima,” ujar Marion Nestle, penulis dan profesor gizi, makanan dan kesehatan masyarakat di New York University.
“Fortikasi memang memperkaya kembali gizinya. Secara umum, makanan yang diperkaya gizinya lebih baik dibandingkan dengan yang tidak. Tetapi makanan alami tetap yang superior,” imbuhnya.
Pasta yang diperkaya protein mengandung protein hampir sama dengan daging. Namun Nestle berpendapat daging tetap lebih sehat sebagai sumber protein karena pasta terbuat dari gandung yang diproses sehingga mengandung karbohidrat sederhana yang tinggi.
Di samping itu kita juga perlu memperhatikan porsi dan kekuatan. Selai kacang yang diperkaya asam lemak omega tiga dan minyak zaitun memiliki 100 mg asam lemak per dua sendok makan sajian. Namun 100 gram ikan salom, tuna atau sarden memiliki 1.500 mg asam lemak omega tiga. Itu artinya kita perlu makan 30 sendok selai kacang dan mendapat tambahan 180 gram lemak untuk mendapatkan manfaat yang sama asam lemak omega tiga dari satu sajian ikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.