Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/09/2014, 15:59 WIB

MUENCHEN, KOMPAS — Perhatian global pada penyakit pernapasan dinilai kurang maksimal. Padahal, penyakit akibat gangguan pernapasan menjadi beban dunia. Karena itu, perlu investasi memadai untuk mengatasi soal kesehatan itu.

Presiden Masyarakat Pernapasan Eropa (ERS) Peter Barnes menyampaikan itu pada Kongres Internasional ERS 2014 di Muenchen, Jerman, Senin (8/9), sebagaimana dilaporkan wartawan Kompas, Adhitya Ramadhan. Kongres tahunan itu diikuti ribuan peserta, baik ilmuwan, klinisi, maupun organisasi nonpemerintah terkait penyakit paru.

Kongres juga menandai dimulainya kampanye Paru Sehat untuk Hidup, upaya promotif dan edukatif kesehatan paru. Direktur Institute of Lung Biology and Disease Helmholtz Zentrum, Muenchen, Jerman, Prof Oliver Eickelberg, mengatakan, gerakan itu menekankan pentingnya kebersihan udara yang kita hirup, bebas dari polusi, asap rokok, gas, dan racun berbahaya.

Barnes menyatakan, selama ini kanker dikenal sebagai penyakit yang terbanyak merenggut korban jiwa sehingga mendapat perhatian serius dari pengambil kebijakan. Adapun penanganan penyakit paru terabaikan sehingga investasi penanggulangan penyakit itu tak optimal. Akibatnya, riset dan metode pengobatan penyakit paru tertinggal.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, polusi udara menyebabkan 7 juta kematian pada 2012 dan 3,7 juta di antaranya terkait rendahnya mutu udara luar ruang. Di Eropa, banyak warga tinggal di daerah dengan mutu udara buruk meski tak seburuk India dan China. ”Satu dari 8 warga Eropa meninggal karena penyakit paru dan 300.000 warga Eropa sakit paru obstruktif kronik,” ujarnya.

Dalam riset Kohort (studi mengikuti sekelompok besar orang dalam jangka waktu panjang), dipublikasikan European Respiratory Journal 5 September 2014, tim ilmuwan meneliti dampak polusi udara pada fungsi paru dari 7.613 orang di Eropa. Hasilnya, kian lama paparan nitrogen oksida dan debu, kemampuan paru mengeluarkan udara per detik (FEV1) sebagai indikator kesehatan paru pun turun.

Penurunan fungsi paru lebih terlihat pada orang kegemukan, bahkan risiko peradangan paru naik. ”Di Inggris, kasus tuberkulosis meningkat, sebagian dibawa mereka yang datang dari luar Inggris,” kata Banes. (ADH)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com