Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aneh, Bocah Ini Tak Pernah Merasa Haus dan Lapar

Kompas.com - 13/11/2014, 07:00 WIB

KOMPAS.com — Landon Jones, bocah laki-laki berusia 12 tahun, ini mengalami kondisi yang sangat aneh. Dia kehilangan rasa lapar atau haus sehingga tak pernah makan dan minum.

Awalnya, anak laki-laki yang berasal dari Cedar Falls, Iowa, AS, ini merasa ada sesuatu yang salah ketika ia terbangun pada 14 Oktober 2013. Kemudian, ia merasa pusing dan menderita sesak di dada. Berdasarkan hasil tes X-Ray, diketahui bahwa ia memiliki infeksi bakteri di paru-paru kirinya, yang kini telah sembuh.

Namun, sejak hari itu, Landon tak punya keinginan untuk makan atau minum meskipun dia masih bisa mencicipi dan mencium dengan normal. Berat tubuh Landon juga mengalami penurunan dari 47 kilogram sampai 31 kg. Padahal, orangtuanya selalu mengingatkan dia untuk makan dan minum secara terus-menerus.

Landon telah menjalani tes medis dan konsultasi dengan dokter di lima kota, dalam upaya untuk menemukan penyebab kondisi anehnya. Dia juga telah menjalani pemeriksaan sumsum tulang belakang, scan otak, pemeriksaan perut, dan evaluasi gizi dan kejiwaan, tetapi dokter tak mampu untuk mendiagnosis masalah tersebut.

"Ini sangat tidak biasa. Saya belum pernah mendengar kasus seperti ini," kata dr Ashesh Mehta, seorang ahli saraf di Pusat Perawatan Komprehensif Epilepsi North Shore-LIJ di Great Neck, New York, yang tak terlibat dalam pengobatan anak itu.

Lapar dan haus di otak

Mehta mengatakan, lapar dan haus dikontrol dari sebuah sirkuit besar di otak dalam berbagai tingkatan. Gangguan di mana saja pada sepanjang sirkuit ini dapat menyebabkan gejala seperti yang dialami Landon.

Dr Marc Patterson, seorang ahli saraf pediatrik di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota, yang telah merawat Landon, mengatakan, mungkin ada masalah dengan hipotalamus Landon, yang berukuran kecil seperti kacang di daerah dasar otak yang mengontrol rasa lapar, haus, suhu tubuh, tidur, dan fungsi vital lainnya.

Bisa jadi juga bakteri yang menginfeksi paru-paru Landon menyeberang perbatasan darah dan otak dan memengaruhi hipotalamusnya. Infeksi atau luka pada area otak ini bisa menjelaskan mengapa Landon merasa tidak lapar dan haus.

"Masuk akal bahwa keduanya berjalan seiring karena lapar dan haus dikendalikan oleh hipotalamus," kata dr Caroline Messer, seorang ahli endokrinologi di New York City.

Namun, kemungkinan lain mengatakan bahwa Landon telah menderita resistensi terhadap hormon ghrelin yang merangsang rasa lapar, atau sekarang memiliki kelebihan produksi hormon leptin, yang menyebabkan perasaan kenyang. Namun, ini hanya akan menjelaskan kehilangan nafsu makan, bukan kurangnya rasa haus. Demikian kata Messer kepada Live Science.

Makan, minum, makan

Meskipun orangtua Landon terus-menerus mengingatkan dia untuk makan, remaja ini terus kehilangan berat badannya. Jika ia tidak bisa mencerna cukup kalori dengan makan, dokter mengatakan mereka mungkin harus memasang cairan infus.

Namun, cairan infus tersebut rentan terhadap infeksi dan membawa risiko tinggi komplikasi, kata Messer. Sebaliknya, Landon mungkin mendapat manfaat dari obat yang disebut megestrol asetat (nama merek Megace), perangsang nafsu makan yang sering diberikan untuk pasien kanker dan pasien AIDS.

Ketidakmampuan Landon merasa haus juga bisa mengganggu keseimbangan elektrolit tubuhnya dan kadar natriumnya bisa menjadi terlalu tinggi jika tidak diawasi.

Kasus Landon mungkin satu-satunya di dunia. Keluarganya telah menghubungi sebuah divisi dari Institusi Kesehatan Nasional yang mengevaluasi dan merawat pasien dengan penyakit langka yang tidak terdiagnosis. Program ini mengajak hanya 50 sampai 100 pasien di Bethesda, Maryland, kampus yang setiap tahun dievaluasi oleh tim spesialis, menurut CBS News, dan Landon berharap menjadi salah satu dari mereka.

"Salah satu harapan bahwa dia akan bisa mengatasi ini," kata Mehta. "Namun, untuk saat ini  keluarga Landon harus tetap mengawasi asupan kalori." (Eva Erviana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com