Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/02/2015, 12:50 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis


KOMPAS.com -
Stres sejatinya adalah gangguan jiwa yang paling sering terjadi. Sehari-hari kita bisa mengalaminya tanpa menimbulkan masalah. Namun stres tidak bisa dianggap remeh. Sebab ada stres bisa mendatangkan penyakit yang lebih serius.

Stres tidak selalu berarti negatif. Ada jenis pribadi yang sering bilang mengalami stres ketika mengerjakan tugas yang dianggapnya berat di kantor. Namun semua tugas itu akhirnya selalu selesai dengan baik dan segala sesuatunya tetap baik-baik saja.

Menurut Dr. Surjo Dharmono, SpKJ(K), stres itu baru sama dengan sakit ketika kemampuan seseorang menghadapi masalah menurun dan stres telah menyebabkan berbagai keluhan psikis dan fisik.

“Stres ini termasuk gangguan kejiwaan umum. Prevalensinya sekitar 20 hingga 30 persen. Sekitar 20 hingga 30 persen pasien yang berobat ke dokter umum sesungguhnya mereka mengalami gangguan kejiwaan,” kata Dr. Surjo.

Mereka itu, lanjutnya, mengalami keluhan kronis berbagai gangguan fisik seperti sakit maag, pusing, sakit kepala, sakit pinggang, sering masuk angin. “Sering berobat ke banyak dokter dan selalu dikatakan normal. Mereka ini juga sering kerokan atau memakai koyo,” katanya.

Mereka juga sering mengeluh tidak bisa tidur. “Meskipun orang di dekatnya melihat cukup tidur. Mereka jadi pelupa, sulit berkonsentrasi, sulit berpikir, pikirannya kosong atau buntu,” imbuhnya.

Jangan biarkan stres jadi berkepanjangan karena berdampak menurunkan daya tahan tubuh sehingga tubuh lebih mudah terserang penyakit. Proses penyembuhan pun berjalan lebih lambat. Bukan itu saja, stres berkepanjangan juga menyebabkan kemampuan seksual menurun. Stres kronis itu juga mempengaruhi metabolisme gula di dalam tubuh sehingga kadar gula darah jadi berlebihan.

Di sisi lain penyakit tertentu menyebabkan stres dan depresi. “Contohnya, pasien pascastroke sering mengalami depresi. Ini ada kaitannya dengan bagian kiri otak yang berhubungan dengan depresi,” kata Dr. Surjo.

Pasien penyakit jantung juga sering mengalami gangguan panik atau cemas menyeluruh. Mereka yang hidup dengan diabetes, tekanan darah tinggi, rematik juga rentan mengalami depresi. Penyakit vs stres dan depresi ini tampaknya berputar bak lingkaran setan. Penyakit menyebabkan stres sementara stres dan depresi cenderung menghambat penyembuhan penyakit.

 
 
 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com