Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 04/05/2015, 07:10 WIB

KOMPAS - Informasi tentang bahaya merokok bertebaran di mana-mana. Sayangnya, banyak perokok menutup mata dan telinga, bahkan sibuk mencari alasan "pembenar" untuk tetap merokok. Meski begitu, tak sedikit pula yang akhirnya berhasil lepas dari belenggu yang berasap ini.

Selama berpuluh tahun, Acil Bimbo (71) menyandang julukan "kereta api" dari kawan-kawannya. Itu karena musisi senior personel grup Bimbo ini bisa menghabiskan empat bungkus rokok dalam sehari. Meski begitu, dua bulan terakhir, Acil sanggup bertahan tanpa mengisap rokok sama sekali.

"Sebenarnya enggak ada rencana berhenti merokok. Mulainya hanya karena flu ringan. Kok rasanya pengin nyoba berhenti merokok. Ternyata bisa," ujar Acil. Sebelumnya, selama puluhan tahun menjadi perokok, Acil pernah beberapa kali mencoba berhenti merokok. Ia hanya bertahan sebentar, lalu kembali merokok. Kali ini, tanpa rencana ia justru lebih nyaman berhenti merokok.

Menghentikan kebiasaan merokok membawa perubahan besar dalam kehidupan Salomo (36). Sebelum berhenti delapan bulan lalu, Salomo bisa mengisap rokok hingga 80 batang dalam sehari. Ia kerap memilih tidak makan daripada tidak merokok.

Selama 15 tahun menjadi perokok, Salomo sebenarnya sering mendengar dan membaca informasi tentang bahaya rokok bagi kesehatan. Meski begitu, ia sempat tak kunjung tergerak untuk menghentikan kebiasaan itu.

Ayah satu anak yang bekerja sebagai karyawan ini baru berpikir ulang ketika harga rokok naik. Dalam 1,5 tahun, harga rokok yang biasa ia beli naik dari Rp 10.000 per bungkus menjadi Rp 16.000 per bungkus. Padahal, Salomo menghabiskan empat bungkus rokok sehari.

Akhirnya, ia benar-benar berhenti merokok ketika gambar penderita penyakit berat akibat rokok mulai dipasang pada kemasan rokok. "Saya benar-benar enggak suka melihat gambar itu. Sejak gambar kemasan rokok berubah begitu, saya berhenti merokok," ujarnya.

Kini setelah delapan bulan berhenti merokok, Salomo merasakan banyak perubahan. Badannya lebih berisi, tak lagi jauh di bawah normal seperti sebelumnya. Staminanya sangat meningkat. Kulit wajahnya pun lebih cerah dan bersih. "Sekarang saya jadi lebih ganteng, istri pun jadi lebih sayang," katanya.

Istri Salomo, Astrid (36), semula juga perokok. Sejak Salomo berhenti merokok, Astrid pun menghentikan kebiasaan itu. "Ya, kan dia malu juga sama saya," ujar Salomo yang sekarang merasa sangat tak nyaman dengan bau rokok.

Lasiyo (38), seorang pengemudi taksi, juga merasa jauh lebih sehat dan bertenaga setelah berhenti merokok. Ayah dua anak ini berhenti merokok delapan tahun lalu, gara-gara gandrung berolahraga bulu tangkis.

"Waktu itu saya sedang senang-senangnya bulu tangkis, terus saya perhatiin lawan yang napasnya kuat itu karena mereka tidak merokok," ujar Lasiyo.

Walaupun awalnya terasa berat menghentikan kebiasaan merokok, Lasiyo mampu bertahan karena niat yang teguh. Akhirnya, ia sama sekali tak nyaman dengan bau dan rasa rokok. "Saya juga tak mengizinkan tamu merokok di dalam mobil taksi walaupun dengan jendela terbuka," kata Lasiyo yang sampai sekarang masih rutin berolahraga bulu tangkis.

Cara berhenti

Dokter spesialis kedokteran jiwa dari Klinik Berhenti Merokok RS Persahabatan, Tribowo T Ginting, Rabu (22/4), di Jakarta, mengatakan, rokok menyebabkan adiksi karena menimbulkan rasa nyaman. Efek yang ditimbulkan rokok, kata Tribowo, serupa dengan efek yang ditimbulkan morfin sehingga orang selalu melakukannya secara berulang.

Kecanduan pada rokok semakin sulit dihentikan karena ada faktor pendukung, antara lain perilaku orang di sekitar yang juga merokok. Selain itu, ada juga paparan iklan rokok yang memberikan sugesti bahwa merokok itu macho (bagi laki-laki) atau merupakan bagian dari gaya hidup orang- orang sukses.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com