Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/05/2015, 15:15 WIB

KOMPAS.com - Tingkat pengetahuan pada pentingnya kesehatan sering kali tidak sejalan dengan perilaku yang terlihat dalam keseharian.

Perlu keinginan dan komitmen yang kuat untuk hidup sehat. Caranya, mulailah dengan makan makanan bergizi seimbang, tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol, rutin berolahraga, serta kelola stres dengan baik.

Keinginan yang kuat untuk sehat itulah yang membuat Eka Eden (25), karyawati biro perjalanan di Jakarta, rajin berolahraga.

"Awalnya, saya menyadari berat badan saya yang terus bertambah. Ini tidak baik untuk kesehatan. Ada teman saya yang mengalami kegemukan juga karena gaya hidup tidak sehat," kata Eka ketika berolahraga di kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin (18/5).

Asam urat, rematik, kolesterol tinggi, dan diabetes menjadi penyakit yang dikhawatirkan Eka saat tubuhnya masih berbobot 63 kilogram. Menurut dia, tubuh yang berat itu sangat berisiko terhadap penyakit.

"Setelah tahu bahaya penyakit tersebut, saya mulai joging setiap sore sekitar dua jam. Dua tahun berjalan, berat badan saya stabil di 49 kilogram hingga kini dan tak pernah sakit." ujar Eka.

Selain berolahraga, Eka selektif memilih makanan. Ia juga terbiasa mengonsumsi beras merah yang rendah kadar gulanya.

Pola hidup sehat juga dijalani Ihram (39), pedagang baju. Menurut Ihram, menjaga kadar kolesterol dengan olahraga secara rutin dapat menstabilkan tekanan darah.

"Tidak perlu olahraga berat. Saya selalu meluangkan waktu dua hingga tiga kali dalam seminggu untuk jalan kaki selama 45 menit, kemudian dilanjutkan angkat beban," kata Ihram.

Namun, kebanyakan orang, menurut Ihram, malas berolahraga. Hasilnya, penyakit yang dahulu ada di lanjut usia, seperti stroke, jantung koroner, kanker, dan diabetes, kini sudah menimpa kaum muda.

Lain halnya dengan Dewata Guntur (45), pegawai negeri sipil di Pemerintah Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Guntur dipaksa keadaan untuk hidup lebih sehat. Jika tidak, penyakit yang dideritanya kian parah.

Meskipun usianya baru 45 tahun, Guntur telah mengalami hipertensi. Suatu hari pada 2012, ia tiba-tiba terjatuh saat menuruni tangga di kantornya. Waktu itu, ia merasa sangat pusing dan pandangan matanya mengabur sehingga tubuhnya mendadak ambruk.

"Untung saat itu ada teman yang menolong. Tekanan darah saya diukur dan hasilnya sangat tinggi, 180/120. Sejak itulah saya tahu menderita hipertensi," ujar Guntur.

Gaya hidup Guntur memang tak sehat. Ayah dua anak itu gemar mengonsumsi makanan berlemak, seperti sate kambing dan gorengan, serta sering bergadang hingga larut malam.

Pada masa itu, Guntur juga perokok berat. Dalam sehari, dia minimal menghabiskan tiga bungkus rokok. "Kalau pas bergadang, bisa lebih dari tiga bungkus," kata pria yang memiliki tinggi badan 165 sentimeter dan berat 82 kilogram itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com