Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/06/2015, 14:28 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Populasi penduduk lanjut usia bertambah seiring kenaikan usia harapan hidup. Namun, waktu hidup lebih lama itu kurang produktif karena dijalani dalam kondisi disabilitas akibat sakit dan kecelakaan nonfatal. Diabetes melitus dan penyakit paru obstruktif kronik jadi pemicu utama.

Menurut riset tentang waktu tak produktif atau tahun yang dilalui dalam disabilitas (years lived with disability/YLD) kurun waktu 1990-2013 yang dimuat di The Lancet, 8 Juni 2015, di Indonesia waktu tak produktif akibat diabetes melitus bagi perempuan naik 242 persen dan pada laki-laki naik 292 persen. Selain itu, waktu tak produktif pada pria akibat penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) naik 90 persen.

Penelitian itu menguantifikasi hidup dengan disabilitas akibat masalah kesehatan. Analisis dilakukan terhadap 301 jenis penyakit dan kecelakaan akut serta kronis di 188 negara.

Soewarta Kosen, peneliti di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, yang terlibat riset itu, Rabu (17/6) di Jakarta, menyatakan, hasil riset tersebut menunjukkan meski orang Indonesia berusia panjang, sebagian dari mereka tak produktif. Sejumlah penyakit menyebabkan warga kehilangan usia produktif. "Seseorang tak meninggal karena penyakit nonfatal, tetapi hidup dalam disabilitas," ujarnya.

Ia mencontohkan, seseorang berusia 70 tahun yang terkena diabetes dan hipertensi hidup lebih lama, tetapi harus bergantung pada pengobatan sehingga produktivitasnya terganggu. Jadi, usia produktifnya selama hidup kurang dari usianya.

Selain diabetes dan PPOK sebagai penyakit penyebab disabilitas paling mengancam, ada sejumlah masalah kesehatan yang menjadi penyebab disabilitas orang Indonesia pada 2013. Beberapa gangguan kesehatan tersebut antara lain nyeri pinggang bawah, migrain, depresi berat, hilang pendengaran, nyeri leher, cemas, dan skizofrenia.

Penyakit degeneratif

Menurut Soewarta, seiring bertambahnya populasi penduduk lanjut usia karena kenaikan usia harapan hidup, kasus penyakit degeneratif juga meningkat. Waktu yang dilalui dalam kondisi disabilitas akibat penyakit pun tinggi. Itu diperburuk dengan tak terkontrolnya faktor risiko penyakit tak menular. Akibatnya, kasus penyakit tak menular meningkat pesat.

"Diet tak sehat dan obesitas jadi faktor risiko diabetes yang tak diatasi. Gawatnya, banyak orang tak sadar kalau terkena diabetes. Selain itu, banyaknya orang merokok meningkatkan kasus PPOK," ujarnya. Namun, pemerintah dinilai belum maksimal melakukan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit tak menular.

Direktur Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) University of Washington Christopher Murray mengatakan, seiring penyakit nonfatal yang menyerang lebih banyak orang di segala usia, negara mesti mengarahkan anggaran kesehatannya untuk mengatasi masalah itu.

Profesor Theo VOS yang menjadi penulis utama riset itu mengatakan, banyak negara di dunia membuat kemajuan dalam mengatasi penyakit fatal. Namun, justru penyakit nonfatal yang jadi ancaman serius berikut dalam hal beban penyakit.

Murray dan para peneliti menemukan, secara global pada 1990-2013, tahun yang dijalani dalam disabilitas (YLD) per orang naik di 139 dari 188 negara yang diteliti. Jadi, lebih banyak orang menjalani sebagian besar hidup dalam kondisi kesehatan buruk. Gangguan muskuloskeletal, cedera fraktura, dan jaringan lunak menyumbang seperlima YLD global pada 2013.

Dengan bertambahnya umur, seseorang mengalami lebih banyak penyakit dan cedera nonfatal. Dari 2,3 miliar penderita lebih dari lima penyakit, 81 persen di antaranya berusia di bawah 65 tahun. Adapun YLD global naik dari 537,7 juta pada 1990 jadi 764,8 juta pada 2013. (ADH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com