Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Hypno-Breastfeeding, Terapi untuk Memperlancar ASI

Kompas.com - 13/09/2015, 10:31 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Salah satu kunci utama keberhasilan dalam menyusui adalah rasa percaya diri dan niat ibu untuk bisa menyusui bayinya. Kondisi seperti ini dapat meningkatkan produksi hormon prolaktin dan oksitosin, yaitu hormon yang berfungsi untuk produksi dan pengeluaran ASI.

Sayangnya, tak semua ibu memiliki pikiran yang tenang atau selalu berpikir positif. Jika ibu stres dan berpikiran negatif, maka kerja hormon oksitosin akan terhambat. Untuk mengatasinya, bisa dibantu dengan melakukan terapi Hypno-breastfeeding.

“Ibu habis melahirkan banyak yang stres. Banyak ibu-ibu pada dasarnya enggak percaya diri. Misalnya, merasa payudaranya kecil jadi enggak ada ASI-nya,” ujar Terapis Hypno-breastfeeding, Fonda Kuswandi dalam seminar New Mom, New You di Rumah Sakit Bunda, Jakarta, Sabtu (12/9/2015).

Masalah lainnya, sering kali ibu merasa produksi ASI sedikit ketika melihat hasil ASI perah. Dengan Hypno-breastfeeding, pola pikir ibu akan dibuat lebih positif, memiliki rasa percaya diri, dan ikhlas.

Fonda menjelaskan, terapi ini merupakan upaya alami menggunakan energi bawah sadar agar menghasilkan ASI yang mencukupi. Hypno berasal dari kata Yunani yang berarti pikiran tenang dan breastfeeding adalah proses menyusui. Hypno-breastfeeding menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan dan stres pada ibu,sehingga bisa meningkatkan produksi ASI. Kemudian, dapat meningkatkan kepercayaan diri untuk bisa menjadi seorang ibu yang baik dengan menyusui bayinya.

Terapi dilakukan di dalam ruangan yang tidak terang benderang, menggunakan alunan musik yang menenangkan, dengan arahan suara dari terapis.

“Anda adalah ibu yang sehat, dianugerahkan air susu. Yakinkan diri Anda bahwa Anda mampu menyusui bayi Anda. Kedua payudara mampu menghasilkan ASI yang cukup, baik kuantitas dan kualitas untuk memenuhi tumbuh kembang bayi Anda,” ucap Fonda saat memberikan terapi.

“Ketika kita ikhlas, ASI malah banyak. Berapapun hasilnya, katakan Alhamdulillah. Supaya mindset terbentuk. Ingat untuk bersyukur,” lanjut Fonda

Terapi ini juga menggunakan pendulum atau bandul yang bergantung pada tali atau rantai. Pendulum dipegang sejajar dengan mata, kemudian Fonda akan memberikan arahan agar ibu tetap fokus. Pendulum dalam keadaan diam. Kemudian terapis akan meminta para ibu untuk membayangkan pendulum tersebut bergerak ke kiri dan ke kanan tanpa menggerakakkan tangan.

“Pendulum akan bergerak sesuai niat kita, begitu juga saat menyusui. Pendulum bisa dijadikan latihan untuk fokus,” terang Fonda yang berpraktek di Klinik Pro V, Jakarta itu.

Fungsi terapi ini juga untuk menghilangkan kecemasan dan ketakutan, sehingga ibu dapat memfokuskan pikiran terhadap hal-hal yang positif.

Dalam satu sesi, hypno-breastfeeding dapat berlangsung selama 1 jam 30 menit. Fonda menyarankan terapi ini sebaiknya dilakukan sebelum melahirkan untuk mencegah ibu stres saat menyusui. Fonda juga memberikan CD terapi, agar ibu bisa melakukannya sendiri di rumah.

Menurut Fonda, sejumlah ibu yang mengikuti terapi ini sudah dapat menunjukkan perubahan setelah mengikuti satu hingga dua sesi terapi. Namun, keberhasilan itu kembali lagi pada ibu sendiri.

Ketika pikiran positif dan yakin bahwa ASI bisa keluar, maka air susu akan diproduksi dan keluar dari payudara ibu. Pikiran yang positif, rileks, tidak terbebani atau ikhlas dan penuh cinta kasih dapat merangsang kembali hormon prolaktin dan oksitosin yang sangat berperan terhadap produksi dan pengeluaran ASI.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com