Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/09/2015, 11:15 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

SUMEDANG, KOMPAS.com - Ribuan kasus kesalahan dalam prosedur pengobatan setiap tahunnya terjadi di dunia. Salah satu penyebab hal tersebut adalah komunikasi yang tidak lancar antara pasien dengan tenaga medis.

Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran Deddy Mulyana menyebutkan, banyak kegagalan, entah itu dalam berpolitik, bisnis, termasuk pengobatan, karena adanya masalah komunikasi.

"Termasuk banyaknya pasien Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri. Misalnya karena dokter di sini tidak efisien, kadang kurang ramah dan menakut-nakuti," kata Deddy di sela acara Simposium Nasional Komunikasi Kesehatan Fakultas Komunikasi Unpad di Sumedang, Rabu (16/9/2015).

Ia juga mencontohkan adanya pengobatan yang seharusnya tidak perlu tapi tetap dilakukan. Dikatakan Deddy, miskomunikasi dalam dunia kedokteran bisa berakibat fatal, misalnya saja kasus dokter bedah di kota Lima, Peru, yang salah mengamputasi kaki pasien. Akhirnya setelah operasi ia mengamputasi kaki satunya sehingga pasien harus kehilangan dua kakinya.

Ada banyak hal yang memengaruhi kelancaran komunikasi antara dokter dan pasien. Terkadang, hal sederhana seperti cara dokter melayani pasien di ruang praktik juga bisa menimbulkan stres pada pasien.

"Konsultasi antara dokter dan pasien yang dibatasi meja bisa membuat jarak. Di Malaysia, dokter tidak seformal di kita. (Dokter Malaysia) tidak menggunakan jas putih, bisa di kafe, lobi, di mana saja untuk menghilangkan jarak. Karena lihat stetoskop saja, sudah ada jarak,” imbuhnya.

Deddy juga menyarankan agar dokter bersikap lebih egaliter, misalnya jika ia bertugas di daerah mungkin bisa belajar bahasa daerah setempat sehingga pasien juga merasa lebih mudah berkomunikasi.

Menanggapi hal itu, Menteri Kesehatan Nila Djuwita F Moeloek mengatakan, kesehatan tidak bisa berdiri sendiri. Untuk itu, ia meminta Unpad bersama-sama dengan Kemenkes membangun jembatan bernama komunikasi, agar bisa terjalin hubungan yang lebih baik untuk mencapai tujuan bersama.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com