Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/10/2015, 11:45 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kabut asap di wilayah Sumatera dan Kalimantan telah mengancam kesehatan warga di sekitarnya. Kadar partikel debu pada Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di kedua wilayah tersebut bahkan sempat menunjukkan angka 500. Itu artinya, pencemaran lingkungan masuk dalam kategori sangat berbahaya.

Udara disesaki oleh partikel dan gas yang dihasilkan dari pembakaran hutan. Tak sedikit warga akhirnya mengalami gangguan respirasi, seperti infeksi saluran pernapasan atas (ISPA), bronkitis, hingga pneumonia (radang paru).

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per tanggal 17 September lalu, terdapat 25.834 warga di Riau menderita ISPA dan 538 orang mengidap pneumonia. Dokter Spesialis Paru dari Rumah Sakit Persahabatan Agus Dwi Susanto menjelaskan, ISPA terjadi akibat paparan partikel maupun gas yang bersifat iritan atau menyebabkan iritasi.

Partikel dan gas itu antara lain, nitrogendioksida, sulfurdioksida, dan ozon yang terkandung dalam kabut asap. Jika partikel dan gas tersebut terhirup, maka bisa menyebabkan iritasi di saluran pernapasan. Akibatnya terjadi pembengkakan atau peradangan saluran napas yang merangsang produksi dahak.

Produksi dahak normal terjadi ketika iritasi untuk membersihkan saluran napas ketika dahak dibuang. Namun, kabut asap yang terjadi berhari-hari dan terus terhirup membuat produksi dahak berlebihan. "Tapi, karena pajanan enggak hilang-hilang akibat kabut asap, produksi dahak jadi berlebihan. Lalu, terjadi akumulasi dahak, kuman masuk, terjadilah ISPA," terang Agus saat ditemui di Rumah Sakit Persahabatan, Jakarta, Jumat (2/10/2015).

Ketika ISPA tidak diatasi dan terus terpapar kabut asap, kuman akan menyebar ke saluran pernapasan bawah dan terjadilah pneumonia. Pneumonia ditandai dengan sulit bernapas, batuk berdahak, hingga demam. Kabut asap juga bisa memperburuk kesehatan orang-orang yang telah mengidap penyakit kronis.

Tingginya ISPA menyebabkan oksigen di udara menjadi lebih sedkit. "Orang bisa sesak tanpa proses iritasi karena lebih sedikit oksigennya," kata Agus. Untuk mencegah ISPA hingga pneumonia, gunakanlah masker yang bisa menghalangi masuknya partikel dan gas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com