Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/10/2015, 17:36 WIB

KOMPAS.com - Setiap orangtua tentunya ingin buah hatinya tumbuh dan berkembang secara optimal, salah satunya adalah memiliki pertumbuhan tinggi badan yang baik. Saat anak bertubuh pendek, umumnya orang akan berpendapat bahwa hal tersebut disebabkan oleh kurangnya gizi.

 

Jika tubuh anak perempuan Anda tidak tinggi dan berada di bawah potensi genetiknya (dihitung berdasarkan tinggi orangtua), pertumbuhannya melambat dan bahkan mengalami keterlambatan pubertas. Kondisi tersebut merupakan tanda sindrom Turner. Hampir seluruh anak perempuan yang mengalami sindrom Turner bertubuh pendek.

 

Sindrom Turner adalah suatu sindrom yang khusus menyerang anak perempuan. Diperkirakan bahwa 1 dari 2.000 anak perempuan di dunia menderita sindrom Turner. Anak yang mengalami sindrom Turner memerlukan cara khusus agar tumbuh kembang mereka optimal sehingga dapat beraktivitas seperti anak normal.

 

Di Indonesia sendiri pada tahun 2010, jumlah anak perempuan yang mengalami sindrom Turner sebanyak 59.000 orang. Diperkirakan masih banyak anak perempuan penderita sindrom Turner yang belum terdeteksi.

 

Lalu, bagaimana mengenali anak yang menderita sindrom Turner?

Pada tahun 1939, seorang dokter bernama Henry Turner telah menemukan gejala pada anak perempuan yang mengalami sindrom Turner, di mana anak mengalami kehilangan kromoson seks baik pada tubuhnya.


Sebanyak 95 persen penderita sindrom Turner bertubuh pendek. Tak hanya itu, tanda anak mengalami sindrom Turner adalah anak mengalami masalah infertilitas, gangguan jantung, gangguan bentuk ginjal, hipertensi, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran.


Sedangkan untuk ciri fisiknya, biasanya anak memiliki leher bersayap (leba), siku lengan yang tidak dapat diluruskan (cubitus valgus), jari-jari yang pendek, berwajah chubby, serta anggota gerak badan yang bengkak (limfedema).

 

Nah, jika si kecil menunjukkan tanda-tanda tersebut sebaiknya segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Lebih cepat ditangani, maka akan lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com