Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/01/2016, 14:00 WIB
KOMPAS.com – Bukan hanya menghisap darah dan menyebabkan gatal, nyamuk merupakan hewan pembawa penyakit yang berbahaya.

Kita tentu sudah hapal penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus yang dibawa nyamuk. Mulai dari malaria, demam berdarah, chikungunya dan West Nile. Terakhir, virus Zika yang mulai masuk ke negara-negara Barat.

Pertanyaannya adalah bagaimana bisa serangga kecil ini bertanggung jawab terhadap berbagai infeksi yang bisa menimbulkan korban jiwa tersebut?

"Nyamuk meminum darah, dengan demikian mereka memakan mikroba dan dapat masuk langsung ke dalam aliran darah manusia," kata Dr. Amesh Adalja, seorang dokter penyakit menular di University of Pittsburgh Medical Center's Center for Health Security.

Nyamuk juga sangat aktif bergerak dan dapat berpindah dalam jarak beberapa mil, yang memungkinkan mereka mempunyai beberapa jalur khusus untuk menemukan makanan (darah) dan menyebarkan penyakit dalam prosesnya.

Yang harus kita waspadai adalah nyamuk betina karena mereka dapat memakan darah sebagai nutrisi yang diperlukan untuk telur-telur mereka.

Menurut Janet McAllister, seorang entomologi dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), tidak semua nyamuk pandai dalam menularkan penyakit, tetapi nyamuk yang telah berevolusi dapat hidup lebih dekat dengan manusia.

"Beberapa dari spesies ini berkembang dengan kecenderungan untuk mencari makanan mereka pada manusia dibanding hewan lainnya," kata McAllister.

Ia menjelaskan, ada nyamuk yang lihai menggigit manusia tanpa disadari, ada jenis yang memilih menggigit hanya pada malam hari.

Sementara itu jenis lainnya, menggigit manusia pada siang hari atau sore hari serta mempunyai bahan kimia dalam liur mereka sehingga mampu menggigit bagian tubuh tanpa kita sadari.

"Dengan cara tersebut mereka bisa mendapatkan makanannya dan pergi dengan meninggalkan lebih banyak penyakit yang disebabkan organisme sebelum gatal akibat gigitan muncul," katanya.

Timbulnya penyakit baru yang sebelumnya bukan merupakan daerah endemik bisa terjadi karena perpindahan nyamuk melalui perjalanan yang dilakukan seseorang.

"Kebanyakan dari virus ini adalah arbovirus. Ini merupakan virus kuno, seperti demam berdarah dan Zika, yang telah berevolusi bersama nyamuk tersebut. Yang paling umum adalah nyamuk Aedes Aegypti yang berasal dari Afrika, tetapi sekarang telah menyebar secara global," kata Nikos Vasilakis, pakar bidang infeksi baru.

Perubahan iklim juga berpengaruh dalam hal di mana nyamuk dan penyakitnya tersebar. Nyamuk juga lebih mudah berkembang biak di tempat beriklim hangat.

"Di masa lalu Aedes Aegypti tidak dapat bertahan di wilayah yang lebih banyak iklimnya. Perubahan iklim akan mengakibatkan ekspansi nyamuk di bagian utara atau selatan," ujar Vasilakis.

Perubahan jangkauan tersebut juga akan disertai dengan "pengenalan" virus-virus ini di teritori baru tersebut. (Gibran Linggau)


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com