Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/02/2016, 17:00 WIB
Dian Maharani

Penulis

Sumber

KOMPAS.com – Beberapa negara Barat melegalkan penerimaan sperma dari donor untuk membantu wanita dengan pasangannya yang mengalami infertilitas atau ketidaksuburan.

Menjadi donor sperma sebenarnya tidak semudah yang dibayangkan. Beberapa bank sperma memiliki prosedur yang ketat dan kualifikasi tinggi untuk menerima calon donor sperma.

Direktur laboratorium dan Bank of New England Cryogenic Center, Grace Centola, Ph.D. mengatakan, seleksi donor sperma tak hanya dilihat dari kesehatan pendonor, tetapi juga dilihat secara subjektif. Biasanya, penerima donor atau klien akan meminta sperma dari sosok pria yang mendekati sempurna.

Kebanyakan klien akan meminta sperma berdasarkan warna kulit, mata, hingga rambut si pria tersebut. Calon penerima donor juga lebih memilih pria berpenampilan menarik yang memiliki indeks massa tubuh ideal.

"Seseorang yang mungkin memiliki banyak jerawat atau yang pria botak mungkin tidak akan dipilih sebagai donor,” kata Grace seperti dikutip dari Men's Health.

Bahkan, bank sperma mungkin saja akan menolak calon pendonor yang datang dengan rambut berminyak, terlihat tidak bersih, atau ada noda di pakaiannya.

Tak hanya dari segi penampilan, perilaku calon pendonor juga akan diperhatikan. Calon penerima donor juga lebih memilih sperma dari pria baik-baik dan berpendidikan tinggi. Calon pendonor tanpa gelar sarjana atau berpendidikan rendah jangan harap bisa diterima.

Menurut Grace, calon penerima donor sebagian besar ingin mendapatkan anak yang mampu menyelesaikan sekolah, cerdas, dan penuh motivasi sehingga memperhatikan aspek pendidikan si calon pendonor.

"Jadi banyak hal yang menjadi pertimbangan kami. Itu semua sesuai permintaan klien," kata Grace.

Bank donor nantinya tidak akan memberi tahu alasan mengapa calon pendonor ditolak untuk menghindari pernyataan bank sperma melakukan diskriminasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com