Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/04/2016, 14:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Gangguan kesehatan mata, khususnya rabun jauh, rabun dekat, mata silinder, dan rabun tua, yang tak diobati dengan baik bisa menurunkan fungsi penglihatan.

Salah satu tindakan medis untuk memulihkan kemampuan penglihatan adalah prosedur lasik yang teknologinya kian maju.

Menurut dokter spesialis mata dari Jakarta Eye Center, Setiyo Budi Riyanto, Rabu (30/3), di Jakarta, prosedur lasik (laser-assisted in-situ keratomileusis) mengubah bentuk lapisan kornea untuk mengoreksi kelainan refraksi mata permanen. Jadi, pasien gangguan refraksi terbebas dari kacamata atau lensa kontak.

Prosedur lasik dengan teknologi itu bisa mengoreksi kelainan refraksi mata rabun jauh (miopia), rabun dekat (hipermetropia), mata silinder (astigmatisme), dan rabun tua (presbiopia). Salah satu teknologi terbaru prosedur lasik adalah 7 Dimensions Ziemer-Lasik (7D Z-Lasik), yakni menggabungkan excimer laser berkecepatan 1.050 hz dengan mesin Ziemer Crystalline 5.000 Khz.

Teknologi itu diklaim mengoreksi kelainan mata dari plus (+)4 sampai minus (-)14 dioptri. Adapun mata silindris bisa dikoreksi dari -0,5 sampai -5. Dengan teknologi itu, pembuatan lapisan dan pengikisan kornea beberapa detik sehingga lama prosedur lasik hanya 5-10 menit.

Makin cepat

"Prosedur lasik dengan 7D Z-LASIK amat singkat, bahkan tercepat di dunia. Untuk mengatasi mata minus, hanya butuh 7,8 detik," katanya. Teknologi itu juga melacak 7 dimensi gerakan bola mata saat lasik karena mata bisa bergerak 90 mikrometer per milidetik meski dibius.

Tahap prosedur lasik yakni pembuatan lapisan (flap) dan pengikisan kornea. Pembuatan lapisan kornea memakai Ziemer Crystalline 5.000 Khz. Itu mempercepat pemotongan lapisan, yakni 17-19 detik, hasil pemotongan lebih akurat dan halus.

Setelah lapisan terbuka, penyinaran laser dalam kornea untuk mengikis dan mengubah bentuk kornea demi menghilangkan kelainan refraksi mata, lama penyinaran 1,3 detik per dioptri.

Namun, tak semua gangguan refraksi mata bisa dikoreksi dengan lasik. Penderita kelainan retina, infeksi mata, kornea terlalu tipis, dan glaukoma dianjurkan tak menjalani lasik. Prosedur itu ada efek samping, seperti mata kering, mata merah, dan sensitif cahaya, 2-3 jam setelah tindakan. Untuk mencegah infeksi, setelah dilasik, pasien tak boleh kena air dan debu tiga hari.

Tingkat keberhasilan lasik 98 persen, dan mata tetap plus, minus, atau silinder 0,25-0,5. "Lasik membuat penglihatan normal, bebas kacamata dan lensa kontak, tak berarti nol," ucap Setiyo.

Deni Wahyuni (24) menuturkan, ia menjalani prosedur lasik pada 2014 karena tak percaya diri dan aktivitas terganggu saat memakai kacamata ataupun lensa kontak. "Setelah lasik, saya bisa melihat jelas sampai beberapa meter. Pilihan lasik tergantung kebutuhan," katanya. (C05)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 April 2016, di halaman 14 dengan judul "Atasi Gangguan dengan Prosedur Lasik".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com