Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 31/05/2016, 07:14 WIB
Dian Maharani

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Merokok bisa menyebabkan adiksi atau kecanduan. Tak heran jika banyak orang yang sudah tahu bahaya merokok, tetapi tetap saja mengisapnya.

Peringatan "Rokok Membunuhmu" di setiap iklan rokok tampaknya tak cukup membuat perokok takut akan penyakit yang mengintai di balik kenikmatan sebatang rokok.

Dokter spesialis paru dari Rumah Sakit Persahabatan, Agus Dwi Susanto, mengatakan, merokok seperti menyalakan dinamit.

"Merokok itu seperti menyalakan sebuah dinamit yang suatu saat akan meledak. Meledaknya berupa penyakit," kata Agus, beberapa waktu lalu.

Sejumlah penelitian sudah cukup membuktikan bahaya rokok bagi kesehatan. Bukti nyata juga dirasakan langsung para korban rokok yang akhirnya berhenti merokok setelah sakit.

Bagaimana tidak, jika dibedah, isi rokok adalah ribuan bahan kimia berbahaya. Sebanyak 60 di antaranya adalah bahan kimia bersifat karsinogenik atau penyebab kanker.

"Seorang perokok saat ini suatu saat bisa terkena penyakit jantung, diabetes, kanker, dan penyakit lainnya yang berhubungan dengan merokok," kata Agus.

Masalah kesehatan itu pun tak hanya bisa terjadi pada perokok, tetapi juga mereka yang sehari-hari terpapar asap rokok atau menjadi perokok pasif.

Agus mengungkapkan, sebanyak 43,4 persen wanita dan 83,6 persen pria yang terkena kanker paru adalah perokok. Selain itu, 92 persen pasien penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) di RS Persahabatan juga memiliki riwayat merokok.

Begitu pula dengan penyakit jantung. Sebagian besar pasien jantung koroner di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita adalah perokok.

Berdasarkan data The Tobacco Atlas tahun 2015, lebih dari 217.400 orang di Indonesia meninggal setiap tahunnya akibat penyakit yang terkait dengan tembakau.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com