Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Lusia Kus Anna
Wartawan

Wartawan, menyukai isu-isu kesehatan dan parenting, penikmat film.

Pemicu Kanker yang Bisa Dicegah

Kompas.com - 31/05/2016, 10:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Di media sosial, mungkin Anda pernah membaca saran atau tips untuk menghindari hal-hal yang disebutkan bisa menyebabkan kanker. Sebut saja aluminium foil, memakai ponsel, menyantap daging panggang, memakai kosmetik, dan sebagainya.

Kanker memang masih jadi penyakit yang menakutkan ibarat lonceng kematian. Sebab, sampai saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkannya, tidak seperti parasetamol yang manjur menghilangkan rasa nyeri.

Tak heran jika membaca hal-hal yang memicu kanker, maka kita langsung takut dan sebisa mungkin menjauhinya. Informasi tersebut lalu kita bagikan kepada teman atau keluarga sehingga bisa langsung viral, bukan cuma di media sosial, melainkan juga di ruang grup WhatsApp yang sedang tren.

Kanker adalah pertumbuhan sel yang tidak terkendali sehingga menyebabkan gangguan dalam sistem tubuh atau organ tertentu. Normalnya, sel yang sudah tua akan mati dan digantikan oleh sel baru. Tetapi, ada sel-sel yang bandel dan terus membelah diri. Penyebabnya multifaktor, tergantung pada jenis kankernya.

Memang ada beberapa penelitian yang mengaitkan kanker dengan beberapa hal, misalnya saja zat radioaktif atau makanan yang dibakar, tetapi sifatnya masih penelitian awal. Walau begitu, hal ini lebih ditakuti. Sampai-sampai ada orang yang takut untuk makan sate dan steak, serta mengganti semua produk makanannya dengan yang organik.

Tindakan pencegahan itu tidak salah, tetapi sebaiknya tak perlu berlebihan.

Tak banyak orang yang menyadari bahwa sesungguhnya risiko kanker paling besar adalah rokok. Merokok bukan hanya menyebabkan kanker paru, melainkan juga berbagai jenis kanker lainnya, seperti kanker laring, esofagus, mulut, pankreas, liver, payudara, dan beberapa tipe leukemia.

Kebiasaan merokok jelas lebih meningkatkan risiko Anda terkena kanker, dibandingkan hanya makan satu porsi daging yang dibakar.

WHO Bungkus rokok polos usulan WHO.
Berbagai penelitian menyimpulkan, rokok merusak DNA kita, termasuk gen yang melindungi kita dari kanker. Zat-zat dalam rokok yang memicu kanker di antaranya benzene, polonium-210, dan nitrosamine. Sel-sel yang rusak itu kemudian berubah menjadi ganas.

Merokok memang tak langsung memicu kanker, perlu waktu bertahun-tahun, mungkin dekade, sampai terjadi kerusakan DNA. Tubuh kita juga didesain untuk memperbaiki kerusakan-kerusakan, tetapi pada satu titik tubuh akan kesulitan menghadapi kerusakan yang dipicu sejumlah zat kimia dalam rokok.

Merokok 10 batang atau kurang per hari meningkatkan risiko kanker paru hingga 20 kali, merokok kurang dari 4 batang per hari masih memberi risiko kanker 5 kali lipat terkena kanker paru. Selain itu, merokok atau terpapar asap rokok menyebabkan penebalan dinding arteri jantung sejak umur 15 tahun.

Zat-zat dalam rokok juga membuat kemampuan tubuh menghadapi zat toksik berkurang, dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Rokok juga terbukti melemahkan sistem imun yang membunuh sel kanker.

Sayangnya, ada kesadaran palsu di masyarakat bahwa rokok adalah produk legal yang tidak berbahaya dan tidak perlu diatur. Cecaran iklan, promosi, dan sponsorship rokok tanpa sadar telah membuat kita abai pada bahaya rokok. Padahal, ini adalah salah satu faktor risiko kanker, selain obesitas, yang bisa kita cegah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau