Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/08/2016, 16:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS — Pengobatan penyakit dalam oleh lebih dari satu dokter subspesialis di berbagai negara membuat biaya kesehatan mahal. Untuk itu, peran dokter spesialis penyakit dalam perlu diperkuat agar bisa menangani pasien dengan komplikasi tanpa biaya tinggi.

Presiden International Society of Internal Medicine (ISIM) Prof Aru Sudoyo mengatakan, di negara maju, seperti Amerika Serikat, Australia, dan negara-negara di Eropa, banyak dokter ahli penyakit dalam (internis) menjadi subspesialis. Itu menyebabkan biaya kesehatan amat mahal dan dokter spesialis penyakit dalam amat jarang. Padahal, mayoritas penyakit tidak perlu penanganan dokter subspesialis.

"Dalam berbagai pertemuan dengan negara lain. Banyaknya dokter penyakit dalam yang subspesialis mulai dikeluhkan. Biaya kesehatan menjadi mahal dan mutu layanan kesehatan turun karena jumlah dokter spesialis penyakit dalam kurang," kata Aru, saat jumpa pers World Congress of Internal Medicine (WCIM) ke-33, di Jakarta, Jumat (19/8).

Oleh karena itu, topik-topik diskusi pada kongres itu di Bali, 22-25 Agustus 2016, adalah penyakit dalam yang umum. Kongres itu menjadi bagian untuk memperkuat kembali peran dokter spesialis penyakit dalam.

Sistem rujukan terganggu

Menurut Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Papdi) Prof Idrus Alwi, jika terlalu banyak jumlah dokter spesialis penyakit dalam yang subspesialis, sistem rujukan berjenjang terganggu sebab dokter subspesialis ada di layanan kesehatan tersier. Sementara banyak kasus penyakit dalam tak perlu kompetensi subspesialis, cukup dokter spesialis penyakit dalam di layanan kesehatan sekunder.

Meski demikian, Indonesia termasuk negara yang mempunyai dokter spesialis penyakit dalam lebih banyak dibanding dokter penyakit dalam yang subspesialis. Dari 3.415 internis di Indonesia, sekitar 700 orang di antaranya jadi dokter subspesialis.

Wakil Ketua I PB Papdi, Ari Fahrial Syam, menambahkan, WCIM di Bali direncanakan dihadiri sekitar 2.300 peserta dari 60 negara. Topik yang dibahas dalam berbagai forum di acara itu antara lain alergi imunologi, ginjal hipertensi, gastroenterologi, geriatri, hepatologi, hematologi onkologi medik, kardiologi, dan tropik infeksi.

Sejumlah topik yang menarik di forum itu antara lain transplantasi ginjal, nyeri pada kanker, hepatitis kronis, tuberkulosis resisten obat, dan terapi diabetes melitus dengan sel punca.

Ari Fahrial menjelaskan, WCIM merupakan kongres internasional organisasi dokter penyakit dalam di dunia yang diselenggarakan dua tahun sekali. Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah WCIM ke-33 karena dokter spesialis penyakit dalam di Indonesia memiliki reputasi baik di dunia internasional. Bahkan, jurnal Acta Medica Indonesiana memiliki PB Papdi menjadi jurnal ilmiah nasional berskala internasional. (ADH)


Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Agustus 2016, di halaman 14 dengan judul "Perkuat Kembali Internis Umum".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com