Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/12/2016, 18:09 WIB

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Selain mencegah masalah gigi, mengunjungi dokter gigi sebelum sakit bisa mencegah trauma pada anak. Sayangnya, masih banyak orang tua yang membawa anaknya ke dokter gigi ketika gigi si anak sudah bermasalah.

Pakar kesehatan gigi anak, Dr. Eva Fauziah, drg., Sp.KGA menjelaskan bahwa kunjungan ke dokter gigi seharusnya dilakukan sebelum si anak mengalami masalah gigi. Jika gigi sudah bermasalah, akan lebih sulit menanganinya.

“Selain itu, aspek psikologis akan terpengaruh. Bayangkan, kalau ke dokter gigi hanya untuk cabut gigi. Anak tersebut bisa trauma,” ujar Dr. Eva dalam Media Briefing Bulan Kesehatan Gigi Nasional 2016 di Jakarta.

Kalau sudah trauma, lanjut Dr. Eva, akan lebih sulit membujuk anak agar mau ke dokter gigi. Imbasnya, tindakan preventif seperti mengajarkan cara merawat gigi yang benar akan lebih sulit dilakukan.

“Nanti datang lagi kalau sudah kepepet. Entah giginya berlubang sehingga menyebabkan sakit yang amat sangat atau malah harus dicabut lagi. Jadi kesannya kalau ke dokter gigi pasti dicabut deh,” ujar Dr. Eva yang juga Ketua Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia Cabang Jakarta.

Jika dibiarkan, trauma ini bisa terbawa sampai dewasa. Seperti pengalaman Rio (26) yang enggan ke dokter gigi meski gigi gerahamnya berlubang dan kerap terasa rasa ngilu.

Ia mengaku punya pengalaman menyakitkan ketika berkunjung ke dokter gigi saat kecil. Imbasnya, ia memilih untuk menahan sakit semampunya daripada berurusan dengan dokter gigi.

“Mau tidak mau, pada akhirnya saya ke dokter gigi. Tapi sudah terlambat,” ujar pekerja lepas di bidang seni itu.

Gigi geraham Rio terpaksa dicabut. Alasannya, lubangnya sudah terlalu besar dan ada bagian sekitar gigi itu yang mulai membusuk.

“Dokter bilang kalau gigi geraham saya harusnya bisa ditambal asalkan ditangani lebih cepat. Sudah pusing nahan sakit bertahun-tahun, akhirnya dicabut juga,” kata Rio dengan nada menyesal.

Lebih jauh lagi, urusan gigi tak bisa disepelekan. Berawal dari lubang, bakteri di mulut bisa menyusup ke pembuluh darah dan berkelana ke seluruh tubuh.

Berbagai penelitian menyebut kalau masalah gigi bisa berujung pada gangguan jantung, paru-paru, bahkan disfungsi seksual. 

Sayangnya, kesadaran periksa gigi secara rutin ini masih belum tinggi. Hal ini tercermin dari hasil Survei Kesehatan Gigi Nasional tahun 2015-2016 yang diselenggarakan oleh PT Unilever Indonesia Tbk, Pengurus Besar PDGI, dan Ikatan Peminatan Kesehatan Gigi Masyarakat dan Pencegahan (IPKESGIMI).

Dari 1827 responden anak usia 6 tahun dan 1600 anak usia 12 tahun yang berasal dari 25 propinsi di Indonesia terungkap bahwa pada anak usia 6 tahun sebanyak 26,27% (480 anak) tidak mengunjungi dokter gigi dalam 12 bulan terakhir. Dan sebanyak 25,51% (466 anak) tidak pernah mengunjungi dokter gigi untuk memperoleh perawatan.

Lebih lanjut, pada anak usia 12 tahun sebanyak 33.8% (565 anak) tidak mengunjungi dokter gigi dalam 12 bulan terakhir, dan sebanyak 23% (385 anak) tidak pernah mengunjungi dokter gigi untuk memperoleh perawatan.

Ada pun kunjungan ke dokter gigi yang dilakukan oleh anak usia 6 dan 12 tahun dalam 12 bulan terakhir dikarenakan mereka sudah mengalami masalah pada gigi. Sebanyak 75,9 persen pada anak usia 6 tahun dan 65,9 persen pada anak usia 12 tahun.

“Padahal kunjungan ke dokter gigi merupakan tindakan pencegahan yang efisien. Tak kalah penting, anak akan mendapat informasi tentang merawat gigi yang benar, sehingga terhindar dari rasa sakit akibat masalah gigi,” ujar drg. Ratu Mirah Afifah GCClinDent., MDSc selaku Head of Professional Relationship Oral Care, PT. Unilever Indonesia Tbk.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com