Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/01/2017, 11:36 WIB

KOMPAS.com - Mulai putus asa karena latihan rutin yang Anda lakukan tak membawa perubahan berarti?

Penelitian menunjukkan, ada banyak orang yang memulai program latihan baru hanya mengalami sedikit perubahan dalam kesehatan dan kebugarannya, bahkan beberapa minggu setelah rutin menjalani latihan tersebut.

Para peneliti fitnes menyebut orang yang tidak mengalami efek apa pun dari olahraga itu sebagai "nonresponder". Tubuh mereka memang tidak merespon olahraga yang dilakukan. Biasanya karena kecewa, mereka akhirnya memilih tidak berolahraga sama sekali.

Walau demikian, sebenarnya bila nonresponder itu mau mengubah regime latihannya dengan program lainnya, tubuh mereka mungkin akan merespon. Kita juga bisa melakukan tes sederhana di rumah untuk mengetahui seberapa baik efek olahraga itu bagi tubuh.

Fenomena nonresponder pertama kali diketahui sekitar tahun 2001 setelah tim peneliti mengamati data lusinan penelitian tentang olahraga bersepeda, lari, dan olahraga ketahanan lainnya.

Diketahui bahwa secara rata-rata, latihan ketahanan meningkatkan daya tahan. Tetapi ketika diamati hasilnya secara individual, ternyata mengejutkan. Sebagian orang mengalami peningkatan daya tahan sampai 100 persen, sedangkan sebagian lagi menjadi kurang fit, bahkan setelah menjalani program latihan yang sama.

Usia, jenis kelamin, dan etnik, ternyata tidak berpengaruh pada hasil tersebut. Namun memang secara genetik ada orang-orang yang tubuhnya memang tidak bereaksi pada olahraga.

Penelitian lain juga menyimpulkan, ada orang-orang yang memiliki efek menakjubkan dari regime latihan beban, yaitu meningkatnya kekuatan dan massa otot, namun ada juga orang yang justru kehilangan massa ototnya.

Dalam studi terbaru disimpulkan bahwa pada dasarnya tidak ada satu jenis program latihan yang cocok untuk setiap orang. Masalahnya, bagaimana menentukan jenis olahraga yang cocok untuk kita.

"Untuk mengetahuinya diperlukan percobaan terus menerus," kata Brendon Gurd, pakar kinesiologi dari Universitas Queens.

Ia mengatakan, sebelum memulai program latihan, ukurlah tingkat kebugaran tubuh. "Kita bisa melakukannya dengan jalan cepat atau naik turun undakan tiga atau empat kali secara cepat. Lalu ukur denyut nadi yang angkanya akan menjadi angka dasar," katanya.

Lalu lakukan olahraga, entah itu jalan kaki atau jogging, kemudian ikuti program latihan interval. Setelah sebulan, ulangi tes jalan cepat atau naik turun undakan. Denyut nadi kita akan lebih lambat seharusnya dan sesi latihan menjadi lebih gampang.

"Jika hasilnya sebaliknya, maka Anda termasuk nonresponder pada latihan rutin yang dilakukan. Bila itu terjadi, ganti saja programnya," katanya.

Mengganti program latihan juga tidak perlu yang ekstrem. Bila Anda sebelumnya memilih olahraga jalan kaki, mungkin bisa mencoba lari cepat jarak pendek, atau dari olahraga interval diubah menjadi jogging saja selama dua bulan.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com