Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hipertensi: Gejala, Faktor Risiko, Bahaya, dan Cara Mengobati

KOMPAS.com - Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis yang secara signifikan dapat meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit jantung, otak, dan termasuk ginjal.

Hipertensi didiagnosis jika pembacaan terhadap tekanan darah sistolik mencapai lebih dari sama dengan 140 mmHg dan atau pembacaan tekanan darah diastolik adalah lebih dari sama dengan 90 mmHg.

Angka pertama (sistolik) mewakili tekanan dalam pembuluh darah ketika jantung berkontraksi atau berdetak. Sedangkan angka kedua (diastolik) mewakili tekanan di dalam pembuluh darah ketika jantung beristirahat di antara detak jantung.

Tekanan darah sendiri dapat diartikan sebagai kekuatan yang diberikan oleh sirkulasi darah ke dinding arteri tubuh, pembuluh darah utama dalam tubuh.

Faktor risiko hipertensi

Faktor risiko hipertensi dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan penyebabnya, yakni yang dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi.

1. Faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi

Adapun faktor risiko yang dapat dimodifikasi termasuk:

  • Pola makan tidak sehat
  • Konsumsi garam berlebihan
  • Konsumsi tinggi lemak jenuh dan lemak trans
  • Asupan buah dan sayuran rendah
  • Aktivitas fisik yang kurang
  • Merokok
  • Minum alkohol
  • Kelebihan berat badan atau obesitas

2. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

Adapun yang termasuk faktor risiko hipertensi yang tidak dapat dimodifikasi, antara lain:

  • Riwayat keluarga dengan hipertensi
  • Usia di atas 65 tahun
  • Penyakit yang ada bersama seperti diabetes atau penyakit ginjal

Gejala umum hipertensi

Hipertensi kerap disebut "silent killer". Pasalnya, kebanyakan orang dengan hipertensi tidak mengetahui masalahnya karena mungkin tidak memiliki tanda atau gejala peringatan.

Oleh sebab itu kiranya penting bahwa tekanan darah diukur secara teratur.

Beberapa gejala yang mungkin timbul ketika seseorang mengalami hipertensi, di antaranya:

  • Sakit kepala di pagi hari
  • Mimisan
  • Irama jantung tidak teratur
  • Perubahan penglihatan atau kebutaan
  • Berdengung di telinga

Sementara hipertensi berat dapat menyebabkan:

  • Kelelahan
  • Mual
  • Muntah
  • Kebingungan
  • Kecemasan
  • Nyeri dada
  • Tremor otot

Satu-satunya cara untuk mendeteksi hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah.

Mengukur tekanan darah bisa juga dilakukan sendiri menggunakan perangkat otomatis, namun evaluasi oleh tenaga kesehatan atau dokter dirasa penting untuk penilaian risiko dan kondisi terkait.

Bahaya hipertensi

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), hipertensi adalah penyebab utama kematian dini di seluruh dunia.

Di antara komplikasi lain, hipertensi diketahui dapat menyebabkan kerusakan serius pada jantung.

Tekanan berlebihan bisa mengeraskan pembuluh darah, mengurangi aliran darah dan oksigen ke jantung.

Lebih lanjut, tekanan yang meningkat dan aliran darah yang berkurang ini dapat menyebabkan beberapa kondisi fatal sebagai berikut:

  1. Nyeri dada atau sering disebut angina
  2. Serangan jantung yang terjadi ketika suplai darah ke jantung tersumbat dan sel-sel otot jantung mati karena kekurangan oksigen. Semakin lama aliran darah tersumbat, maka kian besar juga kerusakan yang terjadi pada jantung
  3. Gagal jantung yang terjadi ketika jantung tidak dapat memompa cukup darah dan oksigen ke organ tubuh vital lainnya
  4. Detak jantung tidak teratur yang dapat menyebabkan kematian mendadak
  5. Hipertensi juga dapat meledak atau menyumbat arteri yang memasok darah dan oksigen ke otak, menyebabkan stroke
  6. Selain itu, hipertensi dapat menyebabkan kerusakan ginjal, yang menyebabkan gagal ginjal

WHO memperkirakan 1,13 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi, sebagian besar atau dua per tiganya tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Pada 2015, 1 dari 4 pria dan 1 dari 5 wanita menderita hipertensi.

Kurang dari 1 dari 5 orang dengan hipertensi memiliki masalah terkendali.

Melansir Mayo Clinic, hipertensi juga bisa menyebabkan disfungsi seksual pada pria maupun wanita.

Ketidakmampuan untuk memiliki dan mempertahankan ereksi menjadi semakin umum pada pria ketika mereka mencapai usia 50 tahun. Tetapi pria dengan tekanan darah tinggi bahkan lebih mungkin mengalami disfungsi ereksi.

Hal itu bisa terjadi karena aliran darah terbatas yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi dapat menghalangi darah mengalir ke penis.

Wanita juga bisa mengalami disfungsi seksual akibat tekanan darah tinggi. Berkurangnya aliran darah ke vagina dapat menyebabkan penurunan hasrat atau gairah seksual, kekeringan pada vagina, atau kesulitan mencapai orgasme.

Tekanan darah tinggi biasanya merupakan kondisi kronis yang secara bertahap menyebabkan kerusakan selama bertahun-tahun. Tetapi kadang-kadang tekanan darah meningkat begitu cepat dan parah sehingga menjadi darurat medis yang membutuhkan perawatan segera, sering kali dengan rawat inap.

Cara mengobati hipertensi

Mengurangi hipertensi sama juga menjadi upaya untuk mencegah serangan jantung, stroke, dan kerusakan ginjal.

Berikut beberapa langkah pencegahan, pengelolaan atau pengobatan hipertensi yang dianjurkan WHO:

  • Mengurangi asupan garam (kurang dari 5 gram setiap hari)
  • Makan lebih banyak buah dan sayuran
  • Aktif secara fisik secara teratur
  • Menghindari penggunaan tembakau
  • Mengurangi konsumsi alkohol
  • Membatasi asupan makanan tinggi lemak jenuh
  • Menghilangkan atau mengurangi lemak trans dalam makanan
  • Mengurangi dan mengelola stres mental
  • Secara teratur memeriksa tekanan darah
  • Mengobati tekanan darah tinggi
  • Mengelola kondisi medis lainnya

https://health.kompas.com/read/2020/02/02/072900568/hipertensi--gejala-faktor-risiko-bahaya-dan-cara-mengobati-

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke