KOMPAS.com – Henti jantung adalah kejadian tidak terduga yang dapat mengakibatkan kematian secara mendadak atau tiba-tiba.
Kondisi muncul karena terjadi penghentian tiba-tiba aktivitas pompa jantung efektif hingga mengakibatkan penghentian sirkulasi.
Tapi, henti jantung sebenarnya tak selalu berakhir dengan kematian.
Resusitasi jantung-paru (RIP) adalah salah satu tindakan darurat, sebagai suatu usaha untuk mengembalikan keadaan henti jantung ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis.
Gejala henti jantung
Pengenalan terhadap henti jantung bergantung pada ditemukannya tanda-tanda tidak adanya sirkulasi, seperti henti jantung-paru (HJP).
HJP sendiri memiliki tanda, sebagai berikut:
Apabila henti jantung mendadak terjadi, gejala-gejala muncul dalam waktu singkat, yakni sebagai berikut:
Penyebab henti jantung
Melansir Buku Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular (2009) oleh Arif Muttaqin, beberapa penyebab henti jatung, meliputi sebab-sebab pernapasan, pemutusan aliran oksigen, dan penyebab sirkulasi.
Berikut penjelasannya:
1. Sebab-sebab pernapasan
Pemutusan aliran aoksigen ke otak dan seluruh organ dapat menjadi penyebab maupun konsekuensi dari henti jantung.
Keadaan kurangnya aliran oksigen itu disebut hipoksia, sebagai akibat gangguan fungsi respirasi atau gangguan pertukaran gas di dalam paru.
Menurut lokasinya, gangguan ini dapat dibedakan, apakah terjadi di jalan napas atau di pertukaran gasnya, atau dapat pula disebut perifer.
Hipoksia akibat gangguan jalan napas dapat terjadi, seperti sumbatan pangkal lidah di hidpofaring pada orang yang tidak sadar.
Sumbatan napas juga bisa terjadi karena aspirasi isi lambung dan atau cairan lambung.
Hipoksida dapat pula disebabkan oleh depresi pernapasan (keracunan), kelumpuhan otot-otot pernapasan, atau overdosis obat.
2. Pemutusan aliran oksigen
Pemutusan aliran oksigen bisa juga menjadi akibat henti sirkulasi atau kelainan jantung primer.
Jenis gangguan ini dapat terjadi karena kegagalan kontraksi otot jantung, gangguan hantaran, dan otomatisasi seperti gangguan gerakan mekanis jantung.
Kematian henti jantung sering disebabkan oleh infark miokardium dan penyakit-penyakit serebrovaskular.
Akan tetapi, kegagalan daya pompa miokardium oleh karena kerusakan serabut-serabut otot miokardium pada infark atau miokarditis jarang menyebabkan henti jantung mendadak.
Kegagalan daya pompa mula-mula tampak dengan adanya gangguan fungsi ventrikel kiri dan bendungan paru (dyspnea, edema paru) dan gejala-gejala penurunan aliran oksigen (sionosis).
3. Penyebab sirkulasi
Masalah pada sistem hemodinamika dapat menyebabkan henti sirkulasi apabila fungsi transportasi terganggu.
Beberapa keadaan berikut adalah penyebab sirkulasi yang menjadikan kondisi henti jantung:
Sementara itu, melansir Kompas.com (29/6/2013), Pakar jantung dari Pusat Jantung Nasional Harapan Kita (PJNHK) dr Daniel P.L. Tobing, Sp.JP mengatakan, penyebab henti jantung mendadak dapat dibedakan menjadi dua secara garis besar, yaitu serangan jantung koroner dan henti jantung irama listrik.
Serangan jantung koroner terjadi hingga 75 persen dari kasus HJM.
Menurut Daniel, serangan jantung koroner terjadi karena ada sumbatan di pembuluh darah jantung. Umumnya sumbatan terjadi karena penumpukan plak di pembuluh darah. Sumbatan akan membuat aliran darah tersendat dan tidak dapat mengaliri jantung. Inilah yang membuat jantung berhenti bekerja.
Sedangkan henti jantung irama listrik disebabkan oleh gangguan irama listrik jantung.
Daniel menyebut, henti jantung ini prevalensinya jauh lebih sedikit dari serangan jantung koroner dan penyebabnya pun bervariasi. Penyebab henti jantung irama listrik dapat disebabkan oleh gangguan fungsi saraf, otak, dan beberapa penyebab non kardiak lain.
"Pada henti jantung irama listrik, anatomi jantung bagus, tapi ternyata bisa berhenti mendadak. Maka biasanya dokter kemudian menelaah apa uang menyebab pastinya," ujarnya.
https://health.kompas.com/read/2020/05/05/195700168/3-penyebab-dasar-henti-jantung