KOMPAS.COM - Bagi sebagian pasangan suami istri, kehadiran buah hati adalah momen yang sudah dinantikan sehingga rasa tak ingin kehilangan tentu memenuhi benak mereka. Itu sebabnya, risiko keguguran sering membuat ibu hamil dan calon ayah merasa khawatir.
Keguguran atau dalam bahasa medis disebut dengan aborsi spontan merupakan kondisi hilangnya janin pada 20 minggu pertama kehamilan.
Penyebab keguguran yang paling umum adalah kelainan kromosom yang membuat bayi tidak berkembang secara normal, atau bahkan terjadi kehamilan kosong (blighted ovum).
Mengutip Baby Center, keguguran biasanya ditandai dengan pendarahan, kram perut yang tak kunjung reda, adanya jaringan yang keluar dari vagina, hingga nyeri punggung bagian bawah.
Ibu hamil disarankan untuk segera ke dokter jika mengalami satu dari tanda keguguran tersebut. Apabila janin tidak bisa diselamatkan, ahli medis akan melakukan tindakan, seperti dilatasi dan kuretase demi mencegah komplikasi.
Faktor risiko keguguran
Untuk mencegah keguguran, ada baiknya para pasutri untuk mengetahui beberapa faktor risiko yang menyebabkan keguguran, antara lain:
1. Usia
Janin yang dikandung wanita berusia 35 tahun ke atas mungkin akan memiliki kelainan kromosom sehingga mengakibatkan gagal tumbuh yang berujung pada kondisi keguguran.
Kemudian, wanita yang hamil pada 40 tahun juga memiliki dua kali risiko lebih besar alami keguguran.
2. Riwayat keguguran
Seorang wanita yang dua kali atau lebih keguguran berturut-turut lebih mungkin mengalami kondisi yang sama, dibandingkan wanita lain.
3. Penyakit atau gangguan kronis
Beberapa penyakit atau gangguan kronis yang dapat memicu keguguran pada ibu hamil antara lain adalah diabetes yang tidak terkontrol, penyakit autoimun (seperti sindrom antifosfolipid atau lupus), serta gangguan hormonal.
4. Masalah rahim atau serviks
Kelainan rahim bawaan, perlengketan rahim atau sindrom asherman, atau kondisi tidak normal pada serviks juga meningkatkan risiko keguguran.
Gangguan pada rahim dapat membuat janin tidak dapat bertahan serta tumbuh dan berkembang dengan sempurna. Akibatnya, janin tidak dapat bertahan lama di dalam rahim.
5. Masalah kromosom
Masalah kromosom bukanlah gen, melainkan diakibatkan oleh kesalahan yang terjadi secara kebetulan saat embrio membelah dan tumbuh.
Masalah kromosom bisa menyebabkan embrio gagal terbentuk, kematian janin intrauterin (janin tebentuk tapi berhenti berkembang), dan kehamilan mola parsial (pertumbuhan abnormal plasenta).
6. Riwayat cacat lahir atau masalah genetik
Jika Anda, pasangan, atau anggota keluarga Anda memiliki kelainan genetik atau pernah melahirkan anak dengan cacat bawaan, Anda memiliki risiko tinggi alami keguguran.
7. Infeksi
Dilansir dari Baby Center, penelitian menunjukkan risiko keguguran melonjak jika Anda menderita penyakit yang berkaitan dengan infeksi, seperi listeria, gondok, rubella, campak, gonore, hingga HIV.
8. Merokok, minum alkohol, hingga konsumsi obat-obatan
Kebiasaan buruk seperti merokok dan minum alkohol sebelum dan selama kehamilan juga meningkatkan risiko keguguran pada bumil.
Selain itu, konsumsi jangka panjang obat-obatan bebas dan resep, termasuk obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen dan aspirin rupanya juga memicu keguguran.
9. Prosedur diagnostik
Risiko keguguran juga bisa disebabkan oleh pengambilan sampel chorionic villus dan amniosentesis untuk pengujian genetik.
Perlu diketahui, pengambilan sampel chorionic villus adalah metode untuk mendiagnosis penyakit dan kelainan genetik dan kromosom pada janin.
10. Kondisi ayah
Keguguran pada ibu hamil tidak selalu disebabkan oleh faktor kesehatan ibu. Keguguran juga bisa disebabkan karena penyakit penyerta yang diidap ayah (komorbiditas paternal).
Beberapa penyakit dari ayah yang bisa membahayakan calon buah hati ialah diabetes, obesitas, hipertensi atau tekanan darah tinggi, dan kadar kolesterol tinggi.
Penyakit yang diderita calon ayah dan gaya hidup buruk seperti kebiasaan merokok, konsumsi alkohol berpengaruh pada susunan dan ekspresi genetik sperma. Kondisi tersebut dapat memengaruhi fungsi plasenta.
Beberapa penelitian juga menemukan risiko keguguran yang lebih besar ketika sang ayah terpapar merkuri, timbal, dan beberapa bahan kimia industri dan pestisida.
https://health.kompas.com/read/2022/07/07/140000768/10-faktor-risiko-keguguran-temasuk-kondisi-ayah