Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kekeliruan Tujuan Terapi Diabetes (Bagian II)

Akhirnya pengobataN diabetes menjadi tidak ada akhir. Sekali lalai mengakibatkan kondisi penyakit semakin berat. Pengobatan hanya semata menunda kematian yang pasti datang.

Selama ini tujuan dari pengobatan diabetes adalah pengendalian kadar gula darah. Mengapa? Karena kadar gula darah yang tinggi dapat menimbulkan berbagai komplikasi penyakit.

Namun sayangnya tidak pernah dijelaskan bagaimana hubungan terjadinya komplikasi tersebut dengan peningkatan kadar gula darah.

Semuanya berawal dari pemahaman yang keliru tentang konsep penyakit. Keliru memandang penyakit ini disebabkan oleh kekurangan insulin. Akibatnya keliru pula dalam menentukan tujuan pengobatan.

Masalah yang ditimbulkan oleh kondisi hiperglikemik adalah gangguan keseimbangan cairan. Masalah inilah yang seharusnya jadi fokus tujuan pengobatan diabetes.

Bahkan pemberian insulin pada dasarnya untuk mengatasi gangguan keseimbangan cairan. Bukan untuk menurunkan kadar gula darah semata.

Akibat dari peningkatan kadar glukosa darah terjadi peningkatan kekentalan darah. Tekanan osmotik darah meningkat.

Jika peningkatan tekanan osmotik ini tidak terlalu hebat, dapat diatasi dengan proses osmosis. Terjadi perpindahan cairan ke dalam pembuluh darah (intravaskuler).

Perpindahan cairan ini akan meningkatkan tekanan hidrostatik intravaskuler, khususnya arteri. Peningkatan tekanan darah ini pada awalnya bersifat sementara. Peningkatan tekanan darah mengakibatkan laju aliran darah meningkat ke ginjal.

Ginjal akan melakukan proses keseimbangan, dengan mengeluarkan kelebihan gula melalui urin. Jika urin yang dikeluarkan cukup banyak, maka cairan yang dikeluarkan juga banyak.

Jika kehilangan cairan ini tidak dikompensasi, maka akan mengakibatkan penurunan volume cairan darah (hipovolemik).

Kondisi hipovolemik menurunkan tekanan darah. Aliran darah melambat. Jika tidak segera dikompensasi lewat pemberian cairan akan memicu reaksi keseimbangan.

Reaksi ini bertujuan untuk mengurangi kehilangan cairan dan meningkatkan laju aliran darah. Reaksi keseimbangan tersebut dipengaruhi oleh sistem renin angiotensin dan hormon vasopresin.

Sistem renin angiotensin akan mengakibatkan pembuluh darah kapiler menyempit. Sehingga pengeluaran cairan di kapiler glomerulus ginjal berkurang. Akibat penyempitan kapiler tekanan hidrostatik akan meningkat.

Sayang, pengaruh renin angiotensin ini tidak hanya pada kapiler glomerulus, tapi seluruh kapiler.

Akibatnya ditribusi nutrisi dan oksigen jadi terganggu. Terutama pada jaringan saraf tepi yang peka dengan kekurangan oksigen.

Penyempitan pembuluh kapiler akan dirasakan sebagai kelainan saraf tepi. Mulai dari kesemutan hingga mati rasa.

Pengaruh renin angiotensin pada kapiler mengakibatkab gangguan transport oksigen. Kondisi hipoksia (kekurangan oksigen) mengakibatkan kerusakan jaringan.

Kerusakan jaringan dan tingginya kadar gula merupakan tempat yang ideal untuk hidup bakteri anaerob. Disebu ulkus diabetik.

Pengaruh peningkatan tekanan pembuluh darah juga terjadi di bola mata. Kita sebutkan sebagai glaukoma.

Peningkatan tekanan bola mata yang mengakibatkan gangguan penglihatan. Lapang pandangnya jadi terbatas

Penyempitan pada pembuluh darah juga dipengaruhi oleh antidiuretik hormon atau vasopresin.

Vasopresin pelepasannya dipengaruhi oleh meningkatnya tekanan osmotik darah. Selain itu juga oleh menurunnya volume darah akibat adanya pengeluaran yang berlebihan.

Bedanya, jika sistem renin angiotensin memengaruhi kapiler, maka vasopresin bekerja pada arteri dan arteri kecil.

Salah satu arteri yang dipengaruhi oleh vasopresin di antaranya adalah arteri koronaria. Arteri ini sangat penting, karena penyempitannya akan mengakibatkan kerusakan pada jantung (miokardium). Dirasakan sebagai rasa nyeri seperti ditekan yang hebat.

Penyempitan arteri koronaria mengakibatkan kurangnya pasokan darah yang kaya akan oksigen berkurang (hipoksia).

Kerusakan dapat bersifat sementara (iskemi) atau menetap (infark). Kerusakan ini mengakibatkan kemampuan otot jantung menurun. Sehingga irama jantung akan terganggu. Tergantung dari berapa luas kerusakan otot jantungnya.

Kerusakan jantung tidak hanya dipengaruhi oleh vasopresin. Kerja renin angiotensin di kapiler akan mengakibatkan tahanan meningkat.

Beban kerja jantung jadi bertambah. Otot jantung sebagaimana halnya otot tubuh akan mengalami hipertrofi.

Masih panjang cerita tentang kerusakan berbagai organ akibat adanya gangguan keseimbangan cairan tersebut.

Intinya bukan karena peningkatan kadar glukosa darah itu sendiri, tapi pengaruh tekanan osmotik akibat peningkatan kadar glukosa darah.

Lalu apa peran insulin dalam mengendalikan diabetes? Insulin berfungsi untuk meningkatkan penggunaan glukosa oleh sel.

Insulin akan berperan dalam transpor glukosa di dalam sel. Insulin juga memengaruhi berbagai sintesa protein di dalam sel.

Akibat peningkatan penggunaan glukosa oleh sel, kadar dalam darah menurun. Tekanan osmotik darah juga akan menurun.

Sayangnya, insulin juga menekan kerja glukagon dan kortisol. Akibatnya proses autofagi dan antiinflamasi juga dihentikan. Sehingga kerusakan sel terus terjadi, tidak tuntas diselesaikan.

Yang terpenting dalam diabetes adalah menjaga keseimbangan cairan, bukan menurunkan kadar glukosa darah. Penurunan kadar glukosa pun tujuannya adalah mengendalikan keseimbangan cairan.

Tubuh sebenarnya sudah mengajarkan cara yang tepat dalam mengatasi diabetes, yaitu dengan cara buang air kecil lebih sering, haus dan lapar.

Buang air kecil dan minum adalah isyarat tubuh agar kita mengendalikan cairan. Lapar agar kita makan. Dengan makan, hormon inkretin yang memengaruhi pelepasan insulin dirangsang.

Dalam tulisan sebelumnya telah dijelaskan, peningkatan kadar glukosa darah akibat glukoneogenesis tidak merangsang pelepasan insulin. Insulin dilepaskan setelah adanya perangsangan inkretin dari saluran cerna.

Harus dipahami, pada diabetes bukan terjadi kekurangan produksi insulin atau berkurangnya sensitivitas sel terhadap insulin. Yang terjadi adalah proses glukoneogenesis yang hebat hingga mengganggu keseimbangan cairan.

Mengembalikan keseimbangan cairanlah yang seharusnya menjadi tujuan pengobatan diabetes. Bukan pengendalian kadar glukosa darah.

Dengan keseimbangan cairan yang terjaga, berbagai komplikasi bisa dicegah. Begitu pun proses pemulihan, atau regenerasi sel dapat dituntaskan melalui proses autofagi.

Salam, semoga menjadi inspirasi hidup sehat. Bersambung, baca artikel selanjutnya: Kekeliruan Pengelolaan Koma Diabetikum (Bagian III - Habis)

https://health.kompas.com/read/2022/08/08/153537468/kekeliruan-tujuan-terapi-diabetes-bagian-ii

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke