Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/09/2021, 08:00 WIB
Jessica Rosa Nathania,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mati rasa merupakan kondisi yang menggambarkan hilangnya sensasi atau ketidakmampuan tubuh untuk merasakan rangsangan di bagian tertentu. 

Kondisi ini menjadi salah satu gejala dari gangguan saraf yang biasanya disertai dengan sensasi terbakar, kesemutan, atau perasaan tertusuk jarum.

Mati rasa dapat terjadi pada kedua maupun salah satu sisi tubuh yang biasanya menyerang tungkai, wajah, kaki, atau lengan. 

Baca juga: 9 Penyebab Lidah Mati Rasa

Penyebab

Pada umumnya, mati rasa disebabkan oleh gangguan, iritasi atau kompresi saraf, yang
paling sering terjadi akibat duduk atau berdiri terlalu lama.

Akan tetapi, melansir Healthline, berikut beberapa faktor atau kondisi yang juga dapat menyebabkan mati rasa, meliputi:

  • Masalah pada otak atau sistem saraf, seperti stroke atau tumor tulang belakang
  • Trauma atau cedera kronis pada saraf
  • Efek samping pengobatan, seperti kemoterapi atau obat HIV/AIDS
  • Memiliki kondisi medis yang kronis yang menyerang saraf
  • Kerusakan pada kulit, seperti radang dingin
  • Mengidap penyakit tertular
  • Infeksi saraf
  • Kelainan genetik
  • Kelainan metabolisme tubuh
  • Mengonsumsi alkohol berlebihan

Gejala

Gejala umum pada kondisi ini adalah sensasi terbakar, kesemutan, atau tertusuk jarum pada bagian tubuh yang mati rasa dan biasanya akan pulih dalam beberapa saat.

Namun, berdasarkan Mayo Clinic, berikut tanda-tanda atau gejala dari kondisi mati rasa yang perlu Anda waspadai, antara lain:

Baca juga: Sering Kesemutan? Waspadai 5 Penyakit Berikut

  • Mengalami mati rasa setelah cedera
  • Mempengaruhi kedua sisi tubuh
  • Kelemahan atau kelumpuhan
  • Kebingungan
  • Kesulitan berbicara
  • Pusing
  • Sakit kepala
  • Terjadi berulang pada bagian tubuh tertentu

Komplikasi

Kondisi ini menyebabkan penurunan kemampuan untuk merasakan rangsangan terhadap suhu, sentuhan, atau nyeri.

Anda akan lebih mudah mengalami cedera dan terdapat kemungkinan Anda tidak menyadarinya. 

Oleh karena itu, jangan abaikan kondisi ini dan lakukan pemeriksaan agar dapat ditangani dengan tepat dan menghindari masalah lain seperti infeksi pada luka.

Diagnosis

Saat menemui dokter untuk pemeriksaan, pastikan untuk melaporkan semua gejala, serta perhatikan kondisi lainnya seperti cedera atau infeksi sebelum mengalami gejala mati rasa.

Baca juga: Kenali Kesemutan yang Bisa Jadi Tanda Stroke

Melansir Healthline, berikut jenis pemeriksaan yang mungkin akan Anda terima untuk memastikan kondisi dan penyebab mati rasa, antara lain:

  • Pemeriksaan fisik
  • Pemeriksaan rangsangan suhu dan sentuhan
  • Pemeriksaan refleks dan fungsi otot
  • Tes darah
  • Pungsi lumbal untuk analisis cairan otak dan saraf tulang belakang
  • Elektromiografi untuk menilai aktivitas listrik dalam otot
  • Tes pencitraan seperti sinar-X, CT scan, atau MRI pada area mati rasa

Perawatan

Perlu diingat bahwa mati rasa dapat menjadi salah satu gejala dari kondisi atau masalah kesehatan lainnya.

Oleh karena itu, setelah menemukan penyebab mati rasa dengan tepat, dokter akan memberikan pengobatan sesuai dengan hasil diagnosis.

Misalnya, pemberian obat untuk mengontrol kadar gula darah jika mati rasa disebabkan oleh diabetes.

Pencegahan

Berikut beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mencegah mati rasa menurut Medical News Today, yaitu:

Baca juga: 10 Penyebab Tangan Kesemutan Saat Bangun Tidur Selain Tertindih

  • Kurangi alkohol dan rokok
  • Atur dan terapkan pola makan yang sehat
  • Rutin berolahraga
  • Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
  • Batasi asupan garam

Jika Anda memiliki kondisi medis tertentu, melakukan kontrol dan pemeriksaan medis secara rutin dapat mencegah atau mengurangi risiko terjadinya mati rasa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com