Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 27/09/2021, 08:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sakit kepala tegang merupakan salah satu jenis kepala yang paling umum.

Nyeri yang ditimbulkan dapat tergolong ringan, sedang, atau bahkan intens di belakang mata, kepala, dan leher.

Jenis

Terdapat dua macam sakit kepala tegang: episodik dan kronis.

Baca juga: 5 Cara Atasi Sakit Kepala Tegang (Tension Headche)

Sakit kepala tegang episodik

Sakit kepala tegang episodik dapat berlangsung dari 30 menit hingga seminggu. Biasanya terjadi kurang dari 15 hari sebulan selama setidaknya tiga bulan.

Sakit kepala tegang episodik dapat menjadi kronis.

Sakit kepala tegang kronis

Sakit kepala tegang kronis dapat terjadi berjam-jam dan berlangsung terus-menerus. Jika terjadi sebanyak lebih dari 15 hari dalam sebulan selama setidaknya tiga bulan, sakit kepala dianggap kronis.

Berbeda dengan migrain, sakit kepala tegang tidak memengaruhi penglihatan dan tidak membuat penderitanya merasa mual atau muntah.

Aktivitas fisik juga tidak memperburuk rasa sakit pada sakit kepala tegang. Namun, penderita cenderung lebih peka terhadap cahaya atau suara. Akan tetapi, gejala ini tidak umum.

Gejala

Gejala yang dapat timbul saat sakit kepala tegang meliputi:

  • rasa nyeri yang tumpul pada kepala
  • sensasi sesak, tekanan pada dahi atau samping dan belakang kepala

Rasa sakit dapat terjadi sekali, terus-menerus, atau setiap hari. Nyeri dapat berlangsung selama 30 menit hingga 7 hari.

Biasanya dipicu atau dapat memburuk akibat stres, kelelahan, kebisingan, atau silau.

Baca juga: Sakit Kepala Tegang: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati

Nyeri juga dapat menyebabkan kesulitan untuk tidur.

Penyebab

Sakit kepala tegang disebabkan oleh kontraksi otot di daerah kepala dan leher.

Kontraksi ini dapat disebabkan oleh berbagai:

  • makanan
  • kegiatan
  • stresor (pemicu stres)

Beberapa orang juga mengalami sakit kepala tegang setelah menatap layar komputer atau mengemudi dalam waktu lama. Selain itu, suhu dingin juga dapat menjadi pemicu.

Pemicu lain dapat meliputi:

  • alkohol
  • ketegangan mata
  • mata kering
  • kelelahan
  • merokok
  • pilek atau flu
  • infeksi sinus
  • kafein
  • postur tubuh yang buruk
  • stres emosional

Kebanyakan penderita sakit kepala tegang mengalami nyeri di beberapa titik. Umumnya, rasa sakit berkembang pada usia remaja dan dewasa.

Wanita juga cenderung mengalami sakit kepala ketimbang pria.

Baca juga: Sakit Kepala setelah Berolahraga? Kenali Penyebabnya

Diagnosis

Segera cari bantuan dokter jika sakit kepala menghambat aktivitas atau mengharuskan minum obat selama lebih dari dua minggu.

Meski memiliki riwayat sakit kepala, hubungi dokter jika pola atau rasa sakit yang berbeda saat nyeri menyerang.

Sakit kepala dapat mengindikasikan kondisi medis serius, seperti tumor atau pecahnya pembuluh darah yang melemah (aneurisma).

Cari pertolongan darurat jika:

  • sakit kepala parah yang tiba-tiba
  • sakit kepala dengan demam, leher kaku, linglung, kejang, penglihatan ganda, kelemahan, mati rasa, atau sulit berbicara
  • sakit kepala setelah cedera kepala, apalagi jika sakit memburuk

Perawatan

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menangani sakit kepala tegang di rumah, di antaranya:

  • minum banyak air
  • tidur cukup
  • makan teratur

Selain itu, beberapa obat yang dijual bebas juga dapat menjadi pilihan untuk mengobati sakit kepala, seperti ibuprofen dan aspirin.

Baca juga: 4 Jenis Sakit Kepala sesuai Lokasinya

Namun, obat tersebut tidak boleh dikonsumsi dalam jangka panjang. Alasannya, menggunakan obat sakit kepala secara berlebihan dapat membuat kebergantungan.

Itulah sebabnya lebih baik meminta resep dokter ketimbang mengkonsumsi obat yang dijual bebas terlalu berlebihan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com