Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 17/10/2021, 20:00 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sifilis adalah infeksi bakteri yang biasanya didapat dengan berhubungan seks dengan seseorang yang terinfeksi.

Penyakit ini dimulai sebagai luka yang tidak nyeri, biasanya pada alat kelamin, rektum, atau mulut.

Sifilis menyebar dari orang ke orang melalui kontak kulit atau selaput lendir dengan luka tersebut.

Baca juga: Sifilis: Gejala, Penyebab, dan Komplikasi

Selain melalui hubungan seksual, sifilis juga dapat ditularkan dari ibu ke anak yang masih di dalam kandungan.

Penyebab

Penyebab penyakit sipilis adalah bakteri yang disebut Treponema pallidum.

Cara paling umum sifilis menyebar adalah melalui kontak dengan luka orang yang terinfeksi selama aktivitas seksual.

Bakteri masuk ke dalam tubuh melalui luka kecil atau lecet pada kulit atau selaput lendir.

Sifilis menular selama tahap primer dan sekunder, serta kadang-kadang pada awal periode laten.

Meski lebih jarang, sifilis juga dapat menyebar melalui kontak langsung dengan lesi aktif, seperti saat berciuman.

Kondisi ini juga dapat ditularkan dari ibu ke bayinya selama kehamilan atau persalinan.

Sifilis tidak dapat menyebar dengan penggunaan bersama toilet, bak mandi, pakaian atau peralatan makan.

Setelah sembuh, sifilis tidak kembali dengan sendirinya.

Namun, seseorang dapat terinfeksi kembali jika memiliki kontak dengan luka sifilis seseorang.

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko terkena sifilis adalah:

  • Terlibat dalam hubungan seks tanpa kondom
  • Berhubungan seks dengan banyak pasangan
  • Berhubungan seks sesama pria
  • Terinfeksi HIV

Baca juga: Jumlah Penderitanya Naik, Ini yang Perlu Diketahu Tentang Sifilis

Gejala

Gejala sifilis tidak selalu jelas dan pada akhirnya dapat hilang, tetapi seseorang biasanya akan tetap terinfeksi kecuali mendapatkan perawatan.

Beberapa orang dengan sifilis tidak memiliki gejala.

Melansir NHS, gejala umum dari sifilis bisa meliputi:

  • Luka kecil tanpa rasa sakit atau bisul yang biasanya muncul di penis, vagina, atau di sekitar anus, tetapi dapat terjadi di tempat lain seperti mulut
  • Ruam merah bernoda yang sering menyerang telapak tangan atau telapak kaki
  • Pertumbuhan kulit kecil (mirip dengan kutil kelamin) yang dapat berkembang pada vulva pada wanita atau di sekitar bagian bawah (anus) pada pria dan wanita
  • Bercak putih di mulut
  • Kelelahan, sakit kepala, nyeri sendi, demam, dan pembengkakan kelenjar di leher, selangkangan atau ketiak

Jika tidak segera diobati, sifilis dapat menyebar ke otak atau bagian tubuh lainnya dan menyebabkan masalah jangka panjang yang serius.

Diagnosis

Hubungi dokter jika mengalami keputihan yang tidak biasa, sakit, atau ruam, terutama jika itu terjadi di daerah selangkangan.

Sifilis dapat didiagnosis dengan menguji sampel berikut:

  • Darah, tes darah dapat mengkonfirmasi keberadaan antibodi yang diproduksi tubuh untuk melawan infeksi
  • Cairan serebrospinal, jika diduga mengalami komplikasi sistem saraf sifilis, dokter dapat menyarankan pengambilan sampel cairan serebrospinal melalui pungsi lumbal.

Baca juga: Serba-serbi Penyakit Sifilis, Gejala hingga Cara Penularannya

Perawatan

Sifilis biasanya diobati dengan:

  • Suntikan antibiotik ke pantat, kebanyakan orang hanya membutuhkan satu dosis, jika sifilis sudah berlangsung lama, suntikan bisa diberikan tiga kali pada interval mingguan
  • Serangkaian tablet antibiotik jika tidak dapat disuntik, biasanya berlangsung dua atau empat minggu, tergantung lama waktu menderita sifilis

Diharuskan untuk menghindari segala jenis aktivitas seksual atau kontak seksual dekat dengan orang lain sampai setidaknya dua minggu setelah perawatan selesai.

Komplikasi

Penderita sifilis juga memiliki risiko lebih besar untuk terinfeksi HIV karena adanya luka terbuka.

Seorang ibu yang terinfeksi dapat menularkan infeksi ke bayinya yang belum lahir selama kehamilan, menyebabkan cacat lahir seperti keterbelakangan mental atau kejang, dan juga berisiko lebih tinggi mengalami keguguran, lahir mati, serta kelahiran prematur.

Pada tahap akhir penyakit sipilis, penyakit ini dapat merusak organ vital tubuh seperti jantung, pembuluh darah, otak, saraf, mata, hati, tulang, dan persendian.

Komplikasi seperti meningitis, stroke, demensia, dan penyakit jantung dapat terjadi dengan konsekuensi serius, bahkan kematian.

Pencegahan

Sifilis tidak selalu dapat dicegah, tetapi jika seseorang aktif secara seksual, maka dapat mengurangi risiko dengan mempraktikkan seks yang lebih aman, seperti:

Baca juga: Sifilis: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, dan Cara Mencegah

  • Menggunakan kondom pria atau kondom wanita selama hubungan seks vaginal, oral dan anal
  • Gunakan dental dam (semacam kondom untuk mulut)selama seks oral
  • Hindari berbagi mainan seks, jika berbagi mainan seks, cuci dan tutupi dengan kondom sebelum digunakan

Langkah-langkah ini juga dapat mengurangi risiko terkena infeksi menular seksual (IMS) lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Selamat, Kamu Pembaca Terpilih!
Nikmati gratis akses Kompas.com+ selama 3 hari.

Mengapa bergabung dengan membership Kompas.com+?

  • Baca semua berita tanpa iklan
  • Baca artikel tanpa pindah halaman
  • Akses lebih cepat
  • Akses membership dari berbagai platform
Pilihan Tepat!
Kami siap antarkan berita premium, teraktual tanpa iklan.
Masuk untuk aktivasi
atau
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau