Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/10/2021, 11:00 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.COM - Kusta adalah penyakit menular yang menyebabkan luka parah pada kulit dan kerusakan saraf di lengan, kaki, serta area kulit di sekitar tubuh.

Jika tidak diobati, kusta dapat menyebabkan cacat parah bagi pengidapnya.

Kusta menjadi salah satu penyakit tertua yang tercatat dalam sejarah.

Baca juga: Kenali Gejala Kusta, Penyakit Infeksi Menular yang Kerap Terabaikan

Penyebab

Kusta disebabkan oleh jenis bakteri yang tumbuh lambat, yakni Mycobacterium leprae (M. leprae). 

Tidak jelas persis bagaimana kusta ditularkan.

Ketika penderita kusta batuk atau bersin, mereka dapat menyebarkan droplet yang mengandung bakteri M. leprae dan dapat dihirup orang lain.

Kontak fisik yang dekat dengan orang yang terinfeksi riskan menularkan kusta.

Kusta sendiri tidak menyebar melalui kontak biasa dengan orang yang terinfeksi, seperti berjabat tangan, berpelukan, atau duduk bersebelahan.

Ibu hamil dengan kusta tidak dapat menularkannya kepada bayinya yang belum lahir. 

Kusta juga tidak ditularkan melalui kontak seksual.

Gejala

Gejala kusta utamanya memengaruhi kulit, saraf, dan selaput lendir.

Gejala kusta di kulit meliputi:

  • Bercak kulit yang berubah warna, biasanya rata, yang mungkin mati rasa dan terlihat pudar (lebih terang dari kulit di sekitarnya)
  • Pertumbuhan (nodul) pada kulit
  • Kulit tebal, kaku, atau kering
  • Bisul tanpa rasa sakit di telapak kaki
  • Pembengkakan atau benjolan tanpa rasa sakit di wajah atau daun telinga
  • Kehilangan alis atau bulu mata

Baca juga: 4 Fakta Tentang Kusta, Gejalanya Mirip dengan Penyakit Kulit Lain

Gejala yang ditimbulkan oleh kerusakan saraf adalah:

  • Mati rasa pada area kulit yang terkena
  • Kelemahan atau kelumpuhan otot (terutama di tangan dan kaki)
  • Pembesaran saraf (terutama di sekitar siku dan lutut dan di sisi leher)
  • Masalah mata yang dapat menyebabkan kebutaan (ketika saraf wajah terpengaruh)

Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit pada selaput lendir adalah:

  • Hidung tersumbat
  • Mimisan

Diagnosis

Kusta dapat dikenali dengan munculnya bercak-bercak pada kulit yang terlihat lebih terang atau lebih gelap dari kulit normal.

Terkadang area kulit yang terkena berwarna kemerahan.

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan mengambil sampel kulit atau saraf melalui biopsi untuk dilakukan tes mikroskopis.

Terkadang dilakukan juga tes lain untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit kulit lainnya.

Perawatan

Kusta diobati dengan kombinasi antibiotik. Biasanya dua atau tiga antibiotik digunakan secara bersamaan. 

Hal ini lumrah disebut terapi multiobat. Strategi ini membantu mencegah perkembangan resistensi antibiotik oleh bakteri, yang mungkin terjadi karena lamanya pengobatan.

Baca juga: Hari Kusta Sedunia, Penanganannya Terkendala Stigma Masyarakat

Perawatan dan pengobatan kusta biasanya berlangsung antara satu hingga dua tahun. Penyakit ini dapat disembuhkan jika pengobatan selesai sesuai resep.

Jika dirawat karena kusta, penting untuk:

  • Beri tahu dokter jika mengalami mati rasa di bagian tubuh tertentu atau bercak di kulit
  • Minum antibiotik sampai dokter  mengatakan perawatan selesai
  • Beri tahu dokter jika bercak kulit yang terkena menjadi merah dan nyeri, saraf menjadi nyeri atau bengkak, dan mengalami demam

Komplikasi

Jika tidak diobati, komplikasi dari kusta bisa meliputi:

  • Kelumpuhan tangan dan kaki
  • Pemendekan jari kaki karena reabsorpsi
  • Bisul kronis yang tidak sembuh di bagian bawah kaki
  • Kebutaan
  • Kehilangan alis
  • Kerusakan hidung

Komplikasi lain yang kadang-kadang dapat terjadi adalah:

  • Saraf menjadi nyeri
  • Kemerahan dan nyeri di sekitar area yang terkena
  • Sensasi terbakar di kulit

Pencegahan

Cara terbaik untuk mencegah kusta adalah dengan menghindari kontak dekat jangka panjang dengan orang yang terinfeksi kusta yang tidak atau belum diobati.

Baca juga: 3 Gejala Kusta yang Paling Mudah Dikenali, Jangan Sampai Salah

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com