Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/12/2021, 15:00 WIB
Jessica Rosa Nathania,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ruam popok merupakan kondisi peradangan kulit yang terlihat seperti tambalan kulit merah cerah pada area bokong, paha, atau alat kelamin bayi Anda.

Kondisi ini umumnya dikaitkan dengan popok basah atau jarang diganti, sensitivitas kulit, dan gesekan yang memengaruhi bayi.

Meskipun tidak berbahaya, ruam popok dapat mengganggu kenyamanan bayi Anda sehingga akan lebih baik untuk segera ditangani.

Baca juga: Cara Mencegah dan Mengatasi Ruam Popok pada Bayi

Penyebab

Menurut Mayo Clinic, berikut beberapa kondisi yang dapat menyebabkan ruam popok, yaitu:

  • Paparan dari tinja atau urine yang terlalu lama hingga menyebabkan Iritasi pada kulit sensitif bayi
  • Kulit bergesekan dengan popok atau pakaian yang terlalu ketat
  • Iritasi dari produk baru seperti losion, bedak, atau tisu bayi
  • Infeksi bakteri atau jamur pada area tubuh yang tertutup popok seperti bokong, paha, dan alat kelamin
  • Pengenalan makanan baru
  • Kulit sensitif
  • Penggunaan antibiotik.

Faktor risiko

Menurut Healthline, risiko bayi mengalami ruam popok akan semakin tinggi jika memiliki faktor sebagai berikut:

  • Bayi yang tidak mendapatkan ASI
  • Bayi berusia antara 3 bulan dan 1 tahun
  • Ditularkan dari bayi lain meskipun jarang terjadi.

Gejala

Berdasarkan Mayo Clinic, berikut gejala ruam popok yang perlu Anda ketahui:

Baca juga: Bikin Si Kecil Rewel, Bagaimana Mencegah Ruam Popok?

Gejala umum

  • Kulit memerah dan tampak lembut pada area bokong, paha, dan alat kelamin
  • Bayi terlihat tidak nyaman, rewel, atau menangis terutama saat mengganti popok.

Gejala kronis

  • Ruam pada kulit parah
  • Ruam memburuk meskipun sudah melakukan perawatan rumah
  • Berdarah, gatal, atau keluar cairan
  • Disertai dengan demam
  • Bayi kesulitan buang air kecil atau besar karena rasa nyeri.

Segera hubungi dokter jika bayi Anda mengalami gejala di atas untuk menerima resep obat yang sesuai.

Diagnosis

Mengutip Healthine, diagnosis dilakukan untuk membantu dokter memberikan resep dan perlengkapan bayi lainnya yang efektif mengatasi ruam popok.

Dokter akan mengajak Anda berdiskusi mengenai mengenai merek popok, losion, deterjen, dan barang-barang perawatan atau rumah tangga lainnya yang bersentuhan dengan bayi Anda.

Perawatan

Dilansir dari Healthline, berikut berbagai pilihan perawatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi ruam popok, antara lain:

Baca juga: Cara Mengatasi Ruam karena Pemakaian Popok Dewasa

Perawatan medis

Dokter akan meresepkan krim atau salep yang termasuk:

  • Hidrokortison untuk mengurangi pembengkakan
  • Resep obat oral atau krim antijamur dan antibiotik untuk mengatasi infeksi
  • Resep krim dan salep yang mengandung steroid.

Perawatan rumah

  • Pastikan popok bayi Anda pas dan tidak terlalu ketat
  • Popok harus memungkinkan udara masuk ke area sensitif
  • Cobalah membiarkan bayi tidur siang tanpa popok
  • Jangan menggunakan banyak sabun atau tisu yang mengandung alkohol atau parfum
  • Jangan gunakan bedak tabur
  • Mandi setiap hari dengan air hangat
  • Menjaga area popok bersih dan kering.

Pencegahan

Berdasarkan Mayo Clinic, ruam popok umumnya dapat dicegah dengan cara sebagai berikut:

  • Sering mengganti popok
  • Bilas pantat bayi Anda dengan air hangat sebagai bagian dari setiap penggantian popok
  • Tepuk-tepuk kulit menggunakan handuk bersih dengan lembut hingga mengering, jangan menggosok pantat bayi Anda
  • Hindari penggunaan popok yang ketat
  • Berikan pantat bayi Anda lebih banyak waktu tanpa popok
  • Pertimbangkan untuk menggunakan salep secara teratur, terutama jika bayi Anda sering mengalami ruam
  • Setelah mengganti popok, cuci tangan Anda dengan baik untuk mencegah penyebaran bakteri atau ragi ke bagian lain dari tubuh bayi Anda.

Baca juga: 8 Cara Aman Potong Rambut Kemaluan Pria untuk Hindari Ruam

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com